Basahi Gambut, Modifikasi Cuaca 10 Hari, Mulai Hari Ini Semai Total 8 Ton Garam di Sumsel

OMC : Sinergi dalam rangka Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dalam upaya pembasahan lahan gambut di Sumsel yang dimulai hari ini (5/7) hingga 10 hari ke depan.-foto: kris/sumeks-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Terhitung mulai hari ini (5/7), akan dilakukan operasi modifikasi cuaca (OMC). Tujuannya untuk melakukan pembasahan lahan gambut di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Untuk pematangan operasi, kemarin (4/7) digelar rapat yang dipimpin langsung Komandan Lanud Sri Mulyono Herlambang (SMH) Palembang Kolonel Pnb Rizaldy Efranza ST  MNSS. Dihadiri perwakilan dari BMKG Sumsel, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel, instansi terkait lain sertamitra dari perusahaan perkebunan. 

Komandan Lanud SMH Palembang Kolonel Pnb Rizaldy Efranza ST MNSS, mengatakan, OMC yang akan dilakukan mulai hari ini menjadi trigger bagi daerah lain. “Bahwa stakeholder di sini bekerja sama dengan sangat baik dalam upaya mencegah karhutlah," ungkapnya.

OMC menggunakan pesawat C-212/A-2104 milik TNI Angkatan Udara dari Skuadron 4 Lanud Abdulrachman Saleh Malang dengan pilot Kapten Pnb Faizal dan co-pilot Lettu Pnb Fajar serta kru.

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG RI  Tri Handoko Seto menyebut, OMC merupakan ekosistem modifikasi cuaca. "Rencana OMC ini akan dilaksanakan mulai besok (hari ini) hingga 10 hari ke depan. Kita BMKG yang memiliki kewenangan modifikasi cuaca melaksanakan hal tersebut atas dukungan dari berbagai pihak," ujarnya.

BACA JUGA:Antisipasi Karhutla, Manggala Agni Daops XVII Cek Kondisi Air dan Vegetasi Gambut di OKI

BACA JUGA:13 Jenis Pohon yang Hidup di Lahan Gambut

Meakipun tahun ini bukan merupakan tahun El Nino, tapi jika tidak melakukan upaya pencegahan, maka karhutla pasti terjadi. Saat ini saja, di Susmel sudah ada laporan kejadian karhutla. “Ini harus kita cegah agar tidak meluas. Apalagi nanti pada Agustus dan September merupakan puncak musim kemarau. Kemungkinan hotspot dan karhutla akan meningkatkan," beber

Seto menambahkan, jika tidak ada awan maka OMC tidak dapat dilaksanakan. "Jadi mumpung masih ada awan, kita laksanakan. Sehingga nantinya ketika puncak kemarau, gambut kita masih banyak terisi dengan air. Kalau gambut basah maka akan sulit terbakar dan sulit untuk dibakar," jelasnya. 

Dijelaskan Seto, OMC bukan operasi menyiram air. Tapi, dengan pesawat TNI AU, dibawalah bahan semai ke udara. Bahan semai itu ditebar ke awan yang potensial hujan. Dengan harapan, dapat menjadi hujan yang cukup banyak. “Diharapkan air hujannya jatuh ke lahan Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG), sehingga gambutnya basah," paparnya.

Dalam satu kali penyemaian, bisa menghasilkan jutaan meter kubik air hujan. "Saat ini tersedia 8.000 kg (8 ton) garam semai. Sekali terbang dapat mengangkut 800 kg. Sehingga untuk 10 hari, 8.000 kg. Kalau  kurang aau menyusut, kita akan minta kirim dari Jakarta lagi," pungkasnya. 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan