13 Jenis Pohon yang Hidup di Lahan Gambut

Luas tanah gambut di Indonesia pada tahun 2018 berkisar antara 16-17 juta hektare dengan didominasi oleh pepohonan atau tanaman berkayu.-foto: EcoNusa-

SUMATERAEKSPRES.ID-Sumatera Selatan memiliki sebaran lahan gambut mencapai 921.095 ha yang tersebar di bentang lahan rendah di sekitar Sungai Musi, Sungai Sugihan, Sungai Komering, Sungai Lumpur, dan Sungai Lalan. Lahan gambut merupakan salah satu jenis lahan basah yang memiliki kandungan asam tinggi akibat penumpukan berbagai sisa organisme selama ribuan tahun.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodervisitas flora yang tinggi di dunia. Beragam flora khas negara tropis banyak ditemukan tersebar di seluruh kepulauan Nusantara berdasarkan jenis tanah yang cocok untuk habitat flora tersebut.

BACA JUGA:Manfaat Hutan Mangrove untuk Lingkungan dan Masyarakat
Salah satu jenis tanah yang ada beberapa pulau di Indonesia adalah lahan gambut. Kita sering mengaitkan lahan ini dengan perkebunan sawit.
Tapi, ternyata banyak pohon dan tumbuhan yang dapat hidup di hutan gambut selain kelapa sawit. Pada pembahasan kali ini, kita akan mengulas pohon-pohon yang dapat hidup di lahan gambut untuk proses rehabilitasi, reboisasi dan penghijauan.


Tanah gambut cenderung memiliki keanekaragaman vegetasi yang rendah jika dibandingkan dengan hutan hujan tropis.   foto himaba fkt ugm

Apa itu Lahan Gambut?
Berdasarkan Permentan No.14 Tahun 2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit, lahan gambut adalah tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik dengan komposisi 65% lebih besar yang terbentuk secara alami dalam kurun waktu ratusan tahun dari pelapukan vegetasi yang hidup diatasnya.
Sedangkan menurut Kementerian Kehutanan dalam Permenhut No. 69 Tahun 2011, hutan gambut merupakan salah satu formasi pohon-pohon yang tumbuh di dalam kawasan yang sebagain besarnya terbentuk dari sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam jangka waktu yang lama.
Dari kedua penjelasan tersebut, kita dapat menyimpulkan pengertian lahan gambut adalah tanah yang terbentuk dari hasil sisa-sisa pelapukan bahan organik yang tumbuh ataupuutann hidup di atasnya dalam jangka waktu yang lama.
Kondisi tersebut menjadikan lahan gambut sebagai lahan dengan kandungan bahan organik yang tinggi.
Namun, hutan gambut memiliki kelemahan yaitu sangat rawan terhadap tingkat kebakaran hutan terlebih saat musim kemarau.
Persebaran Tanah Gambut di Indonesia

BACA JUGA:Rekomendasi Hutan Mangrove yang Harus Dikunjungi
Luas tanah gambut di Indonesia pada tahun 2018 berkisar antara 16-17 juta hektare dengan didominasi oleh pepohonan atau tanaman berkayu.
Sebagian besar dari proses akumulasi bahan organik pembentuk lahan gambut dipengaruhi oleh proses “erosi-transportasi-deposisi” tanah dengan kandungan mineral halus (fine-textured weathering products) oleh karena itu umumnya endapan gambut pada lapisan bawah atau yang terbesar di sekitar sungai, material gambut sering tercampur dengan bahan mineral yang disebut dengan peaty clay dengan kandungan bahan organik sebesar 30%-65%.
Hutan gambut di Indonesia tersebar di pulau-pulau sekitar paparan Sunda yaitu di pantai timur Pulau Sumatera, pantai Barat dan Selatan Kalimantan, dan di sekitar paparan Sahul yaitu di pantai Barat dan Selatan Papua.
Berdasarkan hasil kajian Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), persebaran tanah gambut paling banyak berada di pulau Sumatera sejumlah 36,2% , Kalimantan sejumlah 25,4% dan Papua sejumlah 38,4% dari luas total hutan gambut di Indonesia.


Jenis-jenis Pohon yang Hidup di Lahan Gambut
Tanah gambut memiliki ciri-ciri dengan kondisi pH asam, miskin unsur hara, namun memiliki kandungan bahan organik yang tebal dan selalu terendam air. Kondisi unik ini menjadi ciri khas yang membedakan tanah gambut dengan jenis tanah lain.
Akibatnya, jenis tumbuhan yang hidup didalam ekosistem lahan gambut memiliki adaptasi terhadap hutan gambut.
Sejak zaman kolonialisme Belanda, penelitian terhadap lahan gambut telah dilakukan. Tanah gambut cenderung memiliki keanekaragaman vegetasi yang rendah jika dibandingkan dengan hutan hujan tropis.
Namun, karakteristik spesies dan vegetasi di dalam ekosistem gambut lebih tinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lahan kering pada zona biogegografi yang sama.

BACA JUGA:Negara dengan Hutan Mangrove Terluas di Dunia
Semakin tebal gambut di lahan tersebut, maka semakin sedikit jenis vegetasi yang dapat tumbuh. Sebab pasokan zat hara yang dapat diperoleh melalui air hujan.
Begitupun sebaliknya, semakin tipis lapisan gambut, maka semakin beragam pula jenis vegetasi yang hidup diatasnya atau yang kita kenal dengan mixed forest.
Habitat mixed forest tediri atas pepohonan kayu besar dan tumbuhan semak lebat. Habitat ke arah kubah gambut (deep peat forest) memiliki keanekaragaman vegetasi yang rendah dan hanya terdiri atas pepohonan berukuran kecil dengan tingkat kerapatan yang rendah

Berikut ini beberapa jenis pohon yang dapat tumbuh dan hidup di lahan gambut:
1. Pohon Ramin (Gonystylus bancanus)
Morfologi
Pohon Ramin memiliki daun dengan bentuk bulat lonjong tau oval dengan ujung daun berlipat berwarna hijau muda. Struktur tulang daun pada ramin banyak. Namun cenderung semu dan merupakan daun tunggal. Buah ramin memiliki permukaan yang pada umumnya akan terpecah menjadi 3 bagian saat sudah matang atau merekah berukuran kurang lebih 4,5 cm dengan rongga berukuran kurnag lebih 3 cm.
Tanaman ini mempunyai batang berbentuk bulat dan lurus dengan tinggi dapat mendapat 40-45 meter. Batang bebas pohon ramin dapat mencapai ketinggian 20-30 meter dengan diameter batang bagian bawah berkisar 60-120 cm.
Kayu pohon ramin biasa disebut dengan kayu miang dan mengeluarkan getah yang menyebabkan rasa gatal jika terkena permukaan kulit.
Habitat
Ramin (Gonystylus bancanus) merupakan salah satu jenis tanaman dengan daun yang selalu hijau dan membutuhkan intensitas cahaya yang cukup tinggi.
Pohon ramin dapat ditemukan di Kalimantan Tengah, Sumatera Barat bahkan beberapa terdapat juga di Semenanjung Selatan dan Serawak, Malaysia serta wilayah pesisir rawa di Brunei Darussalam.
Manfaat
Hasil tebangan pohon ramin berwarna kuning dan akan mengalami perubahan warna menjadi putih kekuning-kuningan sampai kering. Kayu yang sudah kering tergolong di dalam kategori kelas awet V yang mudah terserang bubuk kayu basah atau jamur biru, namun tetap dapat diawetkan kembali.
Karena kayu ramin mudah untuk diawetkan dan berterkstur halus serta memiliki corak kayu yang indah, pohon inisering dijadikan komoditas untuk konstruksi ringan, kayu lapis, bahan untuk kusen jendela dan pintu, hingga dapat dijadikan bahan untuk wewangian dan obat karena termasuk ke dalam kayu yang memiliki gaharu.
Selain itu, kayu ramin juga sering dijadikan sebagai bahan pembuatan desain interior bangunan, kerajinan tangan dan perabotan rumah.


2. Jelutung Rawa (Dyera costulata)
Morfologi
Jelutung rawa adalah jenis tanaman asli yang tumbuh di rawa-rawa gambut atau lahan gambut. Di Pulau Sumatera, pohon jelutung rawa dikenal dengan nama jelutung atau nalutung, adapun di Kalimantan biasa dikenal dengan nama pantung atau pulut.
Pohon jelutung rawa memiliki ketinggian hingga 60 meter dan diameter dalam ukuran setinggi dada orang dewasa yaitu 200 cm. Kulit pohon jelutung rawa berwarna abu-abu atau abu-abu kemerahan dengan tekstur licin hingga kasar dengan adanya lenstisel.
Tanaman ini memiliki akar napas atau pneumatafor sehingga memungkinkannya untuk bertahan hidup di air yang menggenang. Jelutung rawa dewasa memiliki daun berbentuk lonjong dengan ujung daun berlelekuk dan dasar daun runcing. Permukaan bawah daun berwarna hijau keputihan.
Buah jelutung rawa berukuran panjang 20-25 cm berwarna coklat. Batang pohon jelutung menghasikan getah berwarna putih.
Habitat
Pohon jelutung rawa memiliki penyebaran alami di Pulau Sumatera, Semenanjuung Malaysia, dan Kalimantan. Di Indonesia jelutung rawa menyebar di tepi sungai, rawa dan rawa gambut di Pulau Sumatera dan Kalimantan, yaitu di pesisir timur Sumatera yaitu Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Manfaat
Jelutung rawa dapat dibudidayakan untuk dimanfaatkan batang pohon serta getahnya. Kayu jelutung memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kayu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai log, kayu lapis, dan bubur kayu jika diolah lagi dapat menjadi produk berupa meja, papan gambar, baklak, ukiran, batang korek api, pensil, kertas dan lainnya.
Getah pohon jelutung rawa memiliki karakteristik seperti getah karet yang dimanfaatkan sebagai bahan isolator kabel, bahan baku permen karet, ban motor, mobil dan lainnya.

3. Punak (Tetrameristra glabra)
Morfologi
Punak termasuk tanaman khas lahan gambut yang berpeluang untuk materi rehabilitasi hutan rawa gambut yang terdegradasi. Punak dapat beradaptasi dengan baik di ekosistem gambut yang telah rusak.
Pohon punak dapat mencapai ketinggian 37 meter dan diameter batang sekitar 150 cm (1,5 meter). Daunnya tidak memiliki daun penumpu atau stipule, tetapi daun muda dapat menjadi penumpu pada ujung ranting.
Daun-daun pohon ini berpusat pada ujung ranting, bserselang-seling, tulang daun menyirip dan memiliki permukaan daun gundul.
Diameter bunga pohon punak yaitu berkisar 13 mm dengan warna hijau kekuningan, berbentuk menyerupai payung. Buahnya berdiameter 15 mm dan berwarna keunguaan terdiri atas 4-5 biji.
Habitat
Pohon punak tersebar di rawa-rawa gambut atau lahan gambut di Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia. Pohon punuk mampu tumbuh di hutan dengan ketinggian 500 mdpl.
Selain tumbuh di lahan gambut pohon punuk juga dapat tumuh di tanah alluvial, sepanjang sungai berpasir hingga tanah lempung.
Manfaat
Kayu pohon punak dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan karena termasuk kedalam golongan kayu kelas kuat II. Umumnya dimanfaatkan sebagai pembuatan kuda-kuda, kaso, reng, kusen pintu atau jendela.

4. Bungur (Lagerstroemia speciosa)
Morfologi
Bungur adalah tanaman asli Asia Tenggara dan Asia Selatan. Bungur memiliki bunga berwana puith, ungu yang bergerumbul indah saat mekar.
Tumbuhan biasa disebut dengan bungur dalam bahasa jawa, pride of India atau queen crape myrtle (inggris), jarul (bengali/Hindi), banaba (Filipina), dan lainnya.
Habitus bungur berupa pohon kecil atau sedang dengan rata-rata ketinggian dapat mencapai hingga 20 meter. Daun pohon bungur meranggas dengan bentuk daun lonjong atau elips berujung lancip. Panjang daunnya sekitar 8-15 cm dengan lebar 3-7 cm.
Bunga pohon bungur bergerumbul dalam malai tegak dengan kisaran panjang 20-40 cm. Masing-masing bunga memiliki kelopak dengan panjang 2-3,5 cm dan hanya mekar sekali dalam setahun.
Habitat
Habitat pohon bungur tersebar di daratan Asia Tenggara dan Asia Selatan, yaitu Indonesia, Vietnam, Filiphina, India dan sekitarnya.
Manfaat
Pada beberapa negara, daun pohon bungur dimanfaatkan sebagai minuman teh herbal. Daunnya dapat dikonsumsi sebagai sayuran.
Di Indonesia, pohon bungur digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh di tepi jalan.

BACA JUGA:Jenis, Ciri-Ciri, Sebaran dan Manfaat Pohon Bakau

5. Meranti Rawa (Shorea pauciflora)
Morfologi
Meranti termasuk tanaman yang memiliki resin pada empulur, kayu dan kulit batang. Pohon meranti memiliki daun tunggal dan pertulangan daunnya menyirip. Bunganya merupakan bunga bisesksual.
Daun mahkota berjumlah 5 dan buah meranti memiliki isi 1 biji. Kayu dari pohon meranti keras namun ringan dengan warna merah tua atau kecoklatan.
Habitat
Pohon meranti merupakan pohon besar penyusun utama sebagian besar hutan tropis basah di dataran rendah tropis Asia. Di Indonesia, meranti tersebar di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Manfaat
Kayu meranti memiliki karakteristik keras namun ringan sheingga cocok digunakan untuk bahan baku bangunan, furniture, perabotan rumah, dan lainnya.
Selain itu pohon meranti dapat digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh yang baik.

6. Balangeran (Shorea balangeran)
Morfologi
Pohon balangeran cukup berpotensi bila dikembangkan di lahan gambut karena memiliki nilai ekonomi atau komersial.
Balangeran hidup secara berkelompok di ketinggian 0-100 mdpl dengan tinggi pohon berkisar antara 20-25 m, panjang batang 15 cm dengan diamater dapat mencapai 50 cm.
Habitat
Balangeran merupakan salah satu jenis tanaman endemik Asia Tenggara yang umum ditemui di lahan gambut basah di Pulau Sumatera dan Kalimanntan.
Tumbuhan ini di Kalimantan bisa dikenal dengan Pohon Belangiran, kahoi, kawi, di Sumatera dikenal juga dengan sebutan belangeran, belangir, dan melangir.
Manfaat
Tanaman Balangeran dewasa memiliki kulit luar berwarna merah tua sampai kehitaman dengan ketebalan 1-3 cm, memiliki alur kulit dangkal dan tidak mengelupas.
Tekstur kayu bangaleran memiliki serat kayu yang agak kasar hingga kasar merata. Serat kayu bangaleran lurus dan jika kita raba pada bagian permukaan kayunya akan terasa licin dan di beberapa bagian tempat terasa lengket karena adanya getah atau damar.
Kayu dari pohon bangaleran merupakan kayu kaulitas tinggi yaitu kelas awet II dan kelas kuat II yang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan, jembatan, lunas perahu, bantalan dan tiang listrik karena tidak mudah mengalami pelapukan.

7. Bintangur (Calophyllum inophyllum)
Morfologi
Pohon bintangur memiliki ciri-ciri pohon berukuran sedang, berbatang pendek dengan kisaran ketinggian 10-25 meter dan diameter batang 1-2 meter. Batang pohon bintangur mengeluarkan getah berwarna putih jika dilukai.
Daun pohon bintangur duduk berhadapan, keras seperti kulit dan berwarna hijau mengkilap dengan ujung meruncing. Tulang daunnya sejajar dan memiliki serat yang halus.
Bunga yang dihasilkan oleh pohon bintangur berwarna putih teridiri dari 4 daun kelopak dan 8 daun mahkota bunga dengan letaknya berada di ketiak daun.
Buah pohon bintangur berbentuk bulat hingga oval memanjang dengan ketebalan sedang, memiliki lapisan keras berwarna hijau keabu-abuan dan berbuah sepanjang tahun.
Habitat
Pohon bintangur umumnya dapat kita temui di pesisir pantai dan kadang dijumpai pula di tanah berpasir sampai pada ketinggian 200 mdpl.
Persebaran bintangur berada di dataran rendah di pantai Papua dan hanya ada sedikit di daerah lain.
Manfaat
Getah yang dihasilkan dari daun pohon bintangur dapat mengobati sakit mata dengan cara dilarutkan dengan air.
Air rebusan dari daun yang sudah mengering dapat dimanfaatkan sebagai obat dari infeksi pada kulit, dan luka. Daun yang masih segar pundapat dipanaskan sampai lunak dan hangat untuk mengompres luka borok dan bisul.

8. Pohon Kempas (Koompassia malaccensis)
Morfologi
Tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut lainnya yaitu kempas. Pohon kempas dapat dikenali dengan batang pohonnya yang menjulang tinggi, berwarna keputih-putihan dengan tinggi cabang pertama mencapai 30 meter.
Diameter batang pohon kempas dapat mencapai 60-100 cm. Daunnya bergabung menjadi satu tangkai dengan buah tipis.
Batang pohon kempas halus dan licin, akar papan atau akar bebanir namun tidak menghasilkan getah.
Habitat
Pohon kempas tersebar di Malaysia, Sumatera, Bangka Belitung, dan Kalimantan. Pohon ini menyukai dataran rendah dibawah ketinggian 600 mdpl di tanah-tanah kering.
Manfaat
Pemanfaatan pohon kempas yaitu terdapat pada kayunya. Kayu kempas digunakan sebagai bahan konstruksi berat, bantalan kereta api, kerangka pintu karena kekerannya yang sangat tinggi namun keawetannya cenderung rendah.

BACA JUGA:Sikap Bijak di Hutan

9. Nyantoh (Palaquium rostratum)
Morfologi
Pohon nyantoh atau yang dalam penyebutan bahasa Indonesia yaitu pohon Nagasari memiliki beberapa nama di daerah persebarannya seperti Bakulo (Palembang), Balam Pucung (Kubu), Nyantoh Darat (Bangka), Nyatoh Terung (Lampung), dan lainnya.
Pohon ini tumbuh dengan ketinggian bekisar 30 meter dan diameter mencapai 120 cm danmemiliki batang yang lurus, bulat torak dengan banir tipis dan lebar.
Kayu pohon nnyantoh berwarna coklat kemerahan, mengkilat, berurat indah dan ringan. Buah pohon nyantoh berwarna hijau memanjang.
Habitat
Di Indonesia pohon ini tumbuh di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Kep. Sunda Kecil, Sulawesi dan Maluku. Pohon ini banyak tumbuh di hutan tropis dataran rendah sampai ketinggian 1500 mdpl.
Selain itu pohon ini juga sering dijumpai di daerah rawa-rawa dan lahan gambut.
Manfaat
Pemanfaatan pohon nyantoh sendiri adalah pada bagian kayunya yaitu digunakan sebagai bahan perabotan rumah seperti, lantai, dan furniture. Bunga nyantoh juga digunakan sebagai obat diare, aromatik, dan gangguan jiwa.
Minyak dari biji nyantoh dapat dimanfaatkan untuk lampu, obat luka, encok, kulit menggerisil, urat darah membesar dan sakit panas.

10. Pohon Perepat/Tumih (Combretocarpus rotundatus)
Morfologi
Pohon perepat selalu hijau dengan ketinggian dapat mencapai 15 meter. Memiliki kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat.
Daun pohon perepat berkulit dengan gagang daun sepanjang 6-15 mm, berbentuk bulat telur terbalik dan ujung membulat.
Bunga pohon perepat merupakan bunga biseksual dengan warna kemerahan seperti lonceng.
Habitat
Pohon ini tidak toleran terhadap air tawar dalam jangka waktu yang lama dan cenderung menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, atau batuan dan karang.
Umumnya banyak dijumpai di sepanjang pesisir pantai yang terlindung dari hempasan gelombang. Pohon perpat juga sering ditemui di muara sekitar pulau lepas pantai dan lahan gambut.
Jenis flora ini tersebar dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Australis Tropis, kepulauan Pasifik Barat dan Oceania Barat Daya.
Manfaat
Buah pohon perepat dapat dimakan dan memiliki rasa yang asam. Sedangkan kayunya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan perahu dan bahan bangunan serta bahan bakar.


11. Pulai Rawa (Alstonia pneumatophora)
Morfologi
Pohon pulai rawa memiliki ketinggian 40-50 meter dan berdiamter mencapai 100 cm bahkan dapat lebih. Tumbuhan ini memiliki batang bergalur berwarna abu-abu hingga putih dengan permukaan batang halus sampai bersisik.
Kulit pohon ini sangat tebal di bagian dalam namun tipis di bagian luas. Kayunya berwarna orange sampai kecoklatan dan memiliki getah yang melimpah.
Daun pohon pulai rawa terususun secara vertikal dan merupakan dau tunggal berbentuk oval dan bulat pada bagian ujungnya. Memiliki pertulangan daun sejajar dan bunga berwarna putih berpasangan dengan panjang sekitar 25-30 cm.
Habitat
Pohon pulai rawa tersebar di pulau Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Berada di rawa-rawa gambut atau lahan gambut dengan kondisi tanah berpasir yaitu dekat pantai, hutan rawa dan dekat sungai besar.
Manfaat
Kayu yang dihasilkan dari pohon pulai rawa digunakan untk pembuatan ukiran, peti, dan kayu lapis. Sedangkan getahnya dapat digunakan sebagai obat penyakit kulit.


12. Pohon Rengas (Gluta renghas)
Morfologi
Pohon ingas atau rengas memiliki ketinggian 40-45 meter. Bentuk tajuknya lebat dan melebar, berbentuk kubah dengan percabangan batang yang besar dan panjang.
Memiliki batang silindris dan berdiamter berkisar 90-120 mm. Kulit luar batang bertekstur kasar, dan mengelupas seperti sisik.
Warna kulit pohon jingga merah, cokelat kemerahan, abu kemerahan, atau cokelat keabu-abuan diselingi noda noda getah berwarna hitam.
Getah pohon rengas sangat beracun dan dapat menimbulkan iritasi hebat pada kulit yang biasa dikenal dengan pohon bergetah panas.
Daun pohon ini berbentuk daun tunggal dengan bentuk ujung runcing dan mengelompok.
Habitat
Habitat pohon rengas tersebar secara alami di daerah Madagaskar, India, Burma, Andama, Indochina, Semenanjung Malaya dan Indonesia kecuali kepulauan Nusa Tenggara.
Manfaat
Kayu rengas dimanfaatkan sebagai bahan untuk furniture, dekorasi, lantai, dan kayu lapis serta kerajinan karena memiliki corak garis yang indah. Kayunya juga dapat dimanfaatkan sebagai tiang dan balok rumah, jembatan serta bantalan rel kereta api.
Untuk mendapatkan kualitas kayu yang baik, kayu pohon rengas harus dikeringkan secara maksimal. Selain itu getah pohon rengas juga dimanfaatkan sebagai industri pernis.


13. Pohon Terentang (Campnosperma sp)
Morfologi
Terentang merupakan tanaman potensial yang digunakan untuk bahan pembuatan kertas. tinggi rata-rata pohon terentang yaitu 15,42 meter dengan tinggi bebas cabang 8,95 meter.
Pohon ini memiliki diameter rata-rata 23,50 cm. Kayunya berwarna putih kelabu hingga merah muda dan bertekstur lunak dan tidak tahan pecah.
Habitat
Habitat pohon terentang menyebar di dunia termasuk Asia Tenggara, di Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluki dan Irian Jaya.
Pohon terentang menyukai lahan gambut halus, lempung dan berpasir pada kedalaman 3-5 meter di ketinggian 10 mdpl di iklim A.
Terentang juga dapat ditemukan di hutan dengan tanah berdrainase baik hingga ketinggian 1.600 mdpl.
Manfaat
Kayu terentang termasuk kedalam kayu kelas kuat III, dimanfaatkan untuk kotak korek api, kayu lapis, furniture, sandal, pensil dan bahan mentah untuk chipboard dan pulp kertas.(*)




Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan