https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Sumsel Siaga Darurat Karhutla 5,5 Bulan. Usai Banyuasin, OKI, dan Muba, 9 Daerah Menyusul Naikkan Status

--

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Selama lima bulan di tahun ini (2024), sudah ada 184,1 hektare lahan yang terbakar di wilayah Sumsel. Sebarannya di lima kabupaten.

Di Muara Enim 3,9 hektare, Muba 41,5 hektare, Muratara 13,3 hektare, OKI 113, 9 hektare, dan PALI sekitar 10,4 hektare.

BACA JUGA:El Nino Memuncak, Pangdam Serukan Waspada Bahaya Karhutlah di Sumatera Selatan, Ini Penegasannya!

BACA JUGA:Kejaksaan Terima Belasan Laporan SPDP Kasus Karhutlah di Sumsel

Dari 184,1 hektare itu, ada 106,4 hektare gambut yang terbakar. Sisanya kebakaran di lahan mineral. Data itu didapatkan dari https://sipongi.menlhk.go.id/.

Dengan adanya peningkatan titik panas (hotspot) di beberapa wilayah itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel akhirnya menaikkan status menjadi siaga darurat karhutla.

“Status siaga darurat itu terhitung 13 Juni hingga 30 November 2024 atau sekitar 5,5 bulan,” kata Kalaksa BPBD Sumsel, M Iqbal Alisyahbana SSTP melalui Kabid Penanganan Darurat, Sudirman, kemarin.

Penetapan status siaga darurat ini memenuhi syarat setelah sebelumnya ada tiga daerah telah lebih dulu menetapkan status itu, yakni Kabupaten Banyuasin, OKI, dan Muba.

Status siaga itu dapat ditingkatkan menjadi darurat penuh apabila kondisi karhutla semakin mengkhawatirkan. "Sembilan daerah lain di Sumsel sedang dalam proses untuk menaikkan status menjadi siaga darurat," tambahnya.

Kesembilan daerah yang bersiap itu yakni Ogan Ilir (OI), Muara Enim, PALI, OKU, OKU Selatan, OKU Timur, Mura, Muratara dan Lahat. "Insya Allah, bulan ini SK-nya akan segera diterbitkan," beber Sudirman.

Penetapan status ini diharapkan dapat memitigasi potensi karhutla. "Pascapenetapan status siaga darurat ini, kami akan menggelar apel kesiapsiagaan dengan melibatkan seluruh instansi terkait," jelasnya.

Seiring meningkatkan potensi karhutla, BPB Sumsel akan mengajukan permohonan bantuan helikopter untuk patroli dan waterbombing kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Juga teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk hasilkan hujan buatan.

"Kami akan mempertimbangkan penggunaan TMC jika memang diperlukan," imbuh dia.

Sebelumnya, Sudirman menyebutkan bahwa puncak kemarau, menurut informasi BMKG, diperkirakan terjadi pada Juli-Agustus nanti. Selama dua bulan ini, beberapa wilayah di Sumsel akan jadi fokus perhatian pemerintah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan