Kisah Sedih Sritex: Perjalanan Panjang dari Raksasa Tekstil hingga di Ambang Kebangkrutan
Dari kejayaan masa lalu menuju krisis finansial, Sritex berjuang menghadapi tantangan besar di ambang kebangkrutan. Foto: bojonegoro.gov.id--
BACA JUGA:Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Indonesia Dilarang Bawa Air Zamzam dalam Bagasi saat Pulang
Pada Pemilu 2024, direksi dan karyawan Sritex mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Namun, saat ini Sritex menghadapi tantangan besar.
Terjerat ekuitas negatif sejak September 2023, perusahaan ini memiliki total utang yang jauh melebihi asetnya.
Upaya penyelamatan sedang dilakukan melalui restrukturisasi utang, dan kreditur telah menyetujui proposal perdamaian yang diajukan oleh perusahaan.
Lalu, apa yang menyebabkan pabrik Sritex berada di ambang kebangkrutan, ada beberapa faktor diantaranya :
BACA JUGA:Jelang Weekend, Terjadi Lonjakan Harga Emas di Butik Antam Palembang, Simak Rincian Harganya
Utang yang Menggunung
Pada semester pertama tahun 2023, Sritex mengalami defisit modal atau ekuitas negatif karena jumlah liabilitas yang lebih besar daripada asetnya.
Kondisi ini berarti bahwa jika hutang jatuh tempo,
Sritex tidak dapat membayarnya, bahkan ketika menjual aset sekalipun, tidak mampu menutupi seluruh hutangnya.
Jumlah Utang
Total liabilitas Sritex mencapai US$1,57 miliar atau sekitar Rp23,8 triliun (kurs=Rp15.200/US$). Sementara itu, jumlah aset hanya US$707,43 juta atau sekitar Rp10,75 triliun.