Ingatkan Mahasiswa, Harus Pintar dan ‘Pintar-Pintar’
WISUDA: Wakil Ketua BPK RI, Hendra Susanto ST MEng MH CFrA CSFA CIAE CGCAE CertDA CIISA CnA bersama istrinya, Hediana Makmur wisuda Insinyur di Kampus Unsri Indralaya, kemarin.-foto: andika/sumeks-
Wakil Ketua BPK RI, Dr Ir Hendra Susanto ST MEng MH CFrA CSFA CIAE CGCAE CertDA CIISA CnA dan Istri, Ikut Wisuda Ke-172 Unsri
SUMATERAEKSPRES.ID - Universitas Sriwijaya (Unsri) kembali mencetak 1.335 lulusan pada wisuda ke-172 yang berlangsung di gedung Auditorium Indralaya. Kamis (206). Salah seorang tokoh yang ikut diwisuda, Dr Ir Hendra Susanto ST MEng MH CFrA CSFA CIAE CGCAE CertDA CIISA CnA bersama istrinya, Hediana Makmur.
Siapa tak kenal Hendra Susanto. Saat ini dia menjabat wakil ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Bersama istrinya, dia menyelesaikan studi insinyur di Unsri dengan Indeks Pretasi Kumulatif (IPK) 4.00. Cum laude.
“Saya asli Korea (Komering asli). Sekolah di sini, tinggal di sini, dan alhamdulillah sekarang jadi wakil ketua BPK. Dulu pernah merasakan hal yang sama seperti para wisudawan. dipindahkan kuncir dari kiri ke kanan,” ungkapnya.
Hendra lulusan S1 Teknik Sipil. Dulu gelarnya insinyur, tapi kemudian berganti jadi sarjana teknik (ST). Namun dia merasa kurang keren dengan gelar ST itu. “Terus ada prodi baru untuk sertifikasi bagi lulusan ST untuk dapat gelar insinyur. Ini baru keren, jadi ikut,” kata dia. Bersama istri, Hendra lalu mengambil prodi sertifikasi Teknik Sipil.
BACA JUGA:USM Unsri Tak Gandeng PTS, Pendaftaran Mulai 13-21 Juni 2024
BACA JUGA:Jangan Ketinggalan, USM Jalur Mandiri Unsri 2024: Simak Jadwal dan Kuota Pendaftaran!
“Untuk adik-adik yang sudah ST nanti bisa lanjutkan ambil insinyur, biar keren dan cepat dapat kerja," tambahnya. Hendra cerita, dia termasuk angkatan pertama yang kuliah di Unsri, di masa awal Unsri Indralaya beroperasi 1992-1993.
"Dulu ada adik kelas saya, tahun 1993 pernah jadi pacar saya, sekarang mantan pacar saya, itu istri saya," ucapnya sambil menyapa sang istri yang ikut diwisuda, kemarin. Pada saat itu, baru ada gedung rektorat dan gedung kuliah. "Ada bus waktu itu, tapi kurang. Jadi kami kalau kuliah sampai sore, sudah deg-degan. Dapat mobil tidak pulangnya. Akhirnya kami jalan kaki sampai timbangan supaya bisa pulang," kenang dia.
Hendra menambahkan, kuliah di Unsri pada masa itu ngeri-ngeri sedap. Pengalamannya, pernah mendapat dosen Mekanika Teknik yang hanya tahunya memberi nilai D dan E. "Beliau kalau mengajar sendiri saja, bicara dengan diri sendiri, kami tidak dipedulikan,” bebernya.
Lalu, para mahasiwa teknik sipil terbantu dengan seorang dosen muda yang selesai kuliah dari Amerika. Kembali ke Unsri, almamaternya, untuk mengajar. “Malaikat itu namanya, Prof Dr Ir H Anis Sagaff MSCE IPU ASEAN Eng," sebut Hendra disambut riuh tepuk tangan wisudawan.
Prof Anis membawa inovasi baru. Semester pendek yang di Amerika disebut summer class, akhirnya diberlakukan di Unsri. Setelah jadi rektor, menerapkan sistem yang baik sehingga para mahasiswa lulus cepat, tepat dan berkualitas.
Dia masih teringat ketika wisuda S1 pada Februari 1997. Saat itu, karena IPK-nya hanya 3,02, dia tidak dapat selendang bertuliskan ‘Dengan Pujian’. “Bagi saya saat itu, lebih cepat lulus lebih bagus. Bisa meringankan beban orang tua. Kebetulan saya lulusan tercepat saat itu," imbuhnya. Pada saat itu, biaya kuliah dirasakannya cukup mahal. Uang kuliah pada masa dia jadi mahasiwa Rp120 ribu, naik 100 persen dari sebelumnya Rp60 ribu. “Kami protes. Ternyata uang kuliah sekarang jauh lebih mahal lagi.," ucapnya.
BACA JUGA:Terima 4.345 Mahasiswa Jalur SNBT, UKT Unsri Tak Ada Kenaikan