https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Menggali Keunikan Kopi Robusta Sumsel untuk Pencinta Kopi Dunia, Jalan Menuju Pengakuan Internasional!

Zain Ismed berbicara tentang .engangkat kopi robusta Sumatera Selatan menuju kejayaan di kancah global. Foto: dudun/sumateraekspres.id--

"Kami adalah mitra pemerintah dalam meningkatkan industri kopi di Sumsel. Dewan ini terdiri dari 21 asosiasi perkopian, termasuk AEKI yang merupakan asosiasi eksportir kopi dan ASKI," ungkap Zain.

Meskipun kopi Sumsel telah tersebar luas hingga ke Lampung, Medan, Jawa, bahkan ke luar negeri, namun belum memiliki brand yang dikenal.

"Kopi Sumsel memiliki cita rasa yang tidak kalah dengan kopi dari daerah lain. Keunikan inilah yang menjadi potensi besar untuk membranding kopi Sumsel," tambahnya.

BACA JUGA:Terungkap! Inilah Pesona dan Legenda Bukit Kaba yang Memikat Hati Para Petualang

BACA JUGA:Dinas Pendidikan Palembang Tetapkan Waktu Pembagian Rapor dan Jadwal Libur Semester Genap, Catat Tanggalnya

Branding menjadi kunci dalam dunia pemasaran.

"Branding sangat penting karena menjadi bagian dari pencitraan. Dengan branding yang kuat, kopi Sumsel bisa dikenal oleh pecinta kopi di seluruh dunia," kata Zain.

Sejarah kopi di Sumatera Selatan sendiri dimulai pada masa VOC, dengan penanaman pertama kali di Batavia sekitar tahun 1700.

Jenis robusta diperkenalkan setelah arabika dianggap kurang cocok ditanam di Batavia.

Selain memiliki cita rasa yang khas, kopi juga menyehatkan karena mengandung antioksidan tinggi yang dapat membantu melawan radikal bebas.

"Namun, yang terbaik adalah minum kopi tanpa gula," kata Zain.

BACA JUGA:Menguak Sejarah Benteng Kuto Besak: Dari Simbol Kesultanan hingga Pusat Perdagangan!

BACA JUGA:Solusi Ampuh untuk Mengatasi Sering Lupa dalam Kehidupan Sehari-hari!

Zain juga memberikan beberapa pesan penting untuk pemerintah dan petani.

"Pemerintah perlu membuat strategi jangka panjang untuk kopi Sumsel, termasuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Saat ini, produktivitas kopi di Sumsel masih rendah, hanya 0,6 hingga 0,9 ton per hektare per tahun, sementara di Vietnam bisa mencapai 3-4 ton,"bebernya.

Tag
Share