Mengejutkan! Ternyata, Ada Laut di Palembang, Berikut Penampakan Bocah Berenang 'Santuy' di sana

Reporter: Rian Sumeks |

Editor: Rian Sumeks |

Selasa , 04 Jun 2024 - 16:23

Anak-anak mandi di Laut Sungai Musi Kota Palembang.-Foto: Evan Zumarli/sumateraekspres.id-

Profil Sungai Musi atau Laut Palembang

Sungai Musi, juga dikenal sebagai Sungi Musi dalam bahasa Melayu Palembang dan Bioa Musêi dalam bahasa Rejang, adalah sungai lintas provinsi yang mengalir melalui wilayah Bengkulu dan Sumatera Selatan, Indonesia.

Dengan panjang mencapai 720 km, wajar jika sungai ini sering disebut Laut di Palembang yang membelah Kota Palembang menjadi dua bagian: Ilir dan Ulu, yang dihubungkan oleh ikon kota, Jembatan Ampera, serta tiga jembatan lainnya.

Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, Sungai Musi telah menjadi sarana transportasi utama bagi masyarakat setempat.

Hulu Sungai Musi

Hulu Sungai Musi terletak di Bukit Kelam, sekitar 15 kilometer dari Curup, ibu kota Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.

Air dari sungai ini memancar dari dasar tebing di Bukit Kelam, dengan lebar awal 5 meter dan kedalaman semata kaki, mengalir menuju tenggara dan semakin membesar setelah bergabung dengan sumber air lainnya.

Termasuk puluhan anak sungai. Bagian hulu sungai ini dikenal sebagai Luak Ulu Musi dalam kebudayaan Rejang.

Hidrologi dan Delta Sungai Musi

Sungai Musi membelah Palembang menjadi Seberang Ilir di utara dan Seberang Ulu di selatan, membentuk delta di dekat Kota Sungsang.

Sungai ini dikenal juga sebagai 'Batanghari Sembilan', yang merujuk pada Sungai Musi dan delapan sungai besar lainnya yang bermuara di sungai ini.

Contoh, Sungai Komering, Sungai Rawas, Sungai Leko, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Lematang, Sungai Rupit, dan Sungai Ogan.

Tantangan Lingkungan DAS Musi

Lahan seluas 3 juta hektar di daerah aliran sungai (DAS) Musi dianggap kritis akibat penebangan liar yang marak. Kondisi ini meningkatkan risiko banjir bandang dan tanah longsor.

DAS Musi secara geografis terletak pada koordinat 103° 34’ 12“ – 105° 0’ 36” BT dan 02° 58’ 12” - 04° 59’ 24” LS dengan luas mencapai 7.760.222,86 hektar.

mengejutkan! ternyata, ada laut di palembang, berikut penampakan bocah berenang 'santuy' di sana                            palembang, sumateraekspres.id - "saya mau ke laut" kata putra, seorang bocah yang juga warga palembang.
laut? ya, ternyata di palembang ada laut yang belum diketahui banyak orang, termasuk warga di kawasan sumatera selatan. 
eitt... jang bingung dulu! karena yang dimaksud ada laut di palembang ada sungai musi yang sering disebut laut oleh warga sekitar. 
sesaat kemudian, putra pun berlari kecil sambil membawa handuk dan ember berisi peralatan mandi, "aku mau mandi di sana!" singkat putra. 
saat itu, 'laut di palembang' sedang tenang. cuaca cerah. banyak anak kecil dan sebagian warga mandi.
baca juga:buah petanang mulai sulit ditemui, lalapan khas masyarakat pesisir sungai musi
baca juga:dinas perikanan jajal sungai musi dengan rakit hias di festival serapungan, yuk intip keseruannya!
agak aneh memang, kalau melihat secara wujudnya, sudah jelas kalau sungai musi ya sungai.
tapi tak hanya putra, mayoritas warga palembang juga menyebut sungai musi itu sebagai laut.
lantas, kenapa sungai musi disebut laut? yuk simak apa penyebabnya?
laut sungai musi jadi tempat orang bermain bidar.-foto: dokumentasi sumateraekspres.id-
alasan sungai musi disebut laut di palembang
umar hasan (77), seorang tokoh masyarakat dan sesepuh di kelurahan 2 ulu kota palembang, menjelaskan alasan sungai musi disebut laut di palembang.
"zaman dulu, sungai musi sangat lebar, jauh lebih luas dibandingkan sekarang," ujar umar hasan, seperti dikutip sumateraekspres.id dari sumeks.co pada artikel berjudul: unik, beberapa kawasan di palembang ada sebutan laut tapi tidak ada laut, kok bisa?
selanjutnya, umar menambahkan bahwa pada masa itu, sungai ini sering dilalui kapal-kapal besar, menciptakan suasana mirip dermaga laut.
baca juga:ternyata hal ini yang memicu ledakan kapal jukung di sungai musi sehingga tewaskan askolani 
baca juga:kapolda langsung turun tangan! tinjau lokasi kapal jukung yang meledak di sungai musi
masih menurut umar, keberadaan kapal-kapal besar seperti pinisi dan kapal nelayan pengangkut ikan membuat laut di palembang, eh sungai musi tampak seperti laut.
dahulu, sungai musi menjadi jalur utama perdagangan bagi masyarakat palembang dan wilayah sekitarnya.
sejumlah kapal jadi alat transportasi di laut sungai musi palembang.-foto: dokumentasi sumateraekspres.id-
"selain kapal-kapal besar, sungai ini juga penuh dengan ikan-ikan, termasuk ikan berukuran besar yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat," jelas umar.
seiring waktu, populasi penduduk bertambah, dan pembangunan jembatan ampera menghalangi kapal-kapal besar untuk melintas.
baca juga:jangkau daerah perairan, bank indonesia provinsi sumatera selatan gelar susur sungai musi
baca juga:jamin kebutuhan uang lebaran, bi susur sungai musi jangkau warga perairan
lebar sungai musi juga semakin menyusut karena perubahan alam, mengubah sebagian alirannya menjadi daratan yang kini dihuni oleh masyarakat.
umar juga menjelaskan bahwa sebutan 'laut' digunakan untuk membedakan wilayah dalam satu desa atau kelurahan.
"misalnya, kelurahan 1 ulu dibagi menjadi 1 ulu darat dan 1 ulu laut karena sebagian masyarakat bermukim dekat aliran sungai musi," paparnya.
sebutan 'laut' ini juga berlaku untuk beberapa daerah lainnya sepanjang pesisir sungai musi, terutama di seberang ulu.
dengan sejarah panjang dan perubahan yang terjadi, sebutan 'laut' untuk sungai musi menjadi bagian dari identitas dan budaya masyarakat palembang.
profil sungai musi atau laut palembang
sungai musi, juga dikenal sebagai sungi musi dalam bahasa melayu palembang dan bioa musêi dalam bahasa rejang, adalah sungai lintas provinsi yang mengalir melalui wilayah bengkulu dan sumatera selatan, indonesia.
dengan panjang mencapai 720 km, wajar jika sungai ini sering disebut laut di palembang yang membelah kota palembang menjadi dua bagian: ilir dan ulu, yang dihubungkan oleh ikon kota, jembatan ampera, serta tiga jembatan lainnya.
sejak zaman kerajaan sriwijaya, sungai musi telah menjadi sarana transportasi utama bagi masyarakat setempat.
hulu sungai musi
hulu sungai musi terletak di bukit kelam, sekitar 15 kilometer dari curup, ibu kota kabupaten rejang lebong, provinsi bengkulu.
air dari sungai ini memancar dari dasar tebing di bukit kelam, dengan lebar awal 5 meter dan kedalaman semata kaki, mengalir menuju tenggara dan semakin membesar setelah bergabung dengan sumber air lainnya.
termasuk puluhan anak sungai. bagian hulu sungai ini dikenal sebagai luak ulu musi dalam kebudayaan rejang.
hidrologi dan delta sungai musi
sungai musi membelah palembang menjadi seberang ilir di utara dan seberang ulu di selatan, membentuk delta di dekat kota sungsang.
sungai ini dikenal juga sebagai 'batanghari sembilan',  yang merujuk pada sungai musi dan delapan sungai besar lainnya yang bermuara di sungai ini.
contoh, sungai komering, sungai rawas, sungai leko, sungai lakitan, sungai kelingi, sungai lematang, sungai rupit, dan sungai ogan.
tantangan lingkungan das musi
lahan seluas 3 juta hektar di daerah aliran sungai (das) musi dianggap kritis akibat penebangan liar yang marak. kondisi ini meningkatkan risiko banjir bandang dan tanah longsor.
das musi secara geografis terletak pada koordinat 103° 34’ 12“ – 105° 0’ 36” bt dan 02° 58’ 12” - 04° 59’ 24” ls dengan luas mencapai 7.760.222,86 hektar.
secara administratif, das musi mencakup wilayah di empat provinsi: sumatera selatan, bengkulu, jambi, dan lampung. di sumatera selatan, seluruh 17 kabupaten/kota termasuk dalam das musi.
pengelolaan daerah aliran sungai
das musi dikelola oleh bpdashl musi. di provinsi bengkulu, das musi mencakup kabupaten rejang lebong dan kabupaten kepahiang.
di provinsi jambi, das ini mencakup kabupaten sarolangun, tanjung jabung timur, batanghari, dan muaro jambi.
sementara di provinsi lampung, das musi mencakup kabupaten lampung barat dan way kanan. das musi berbatasan dengan das ketahun di barat dan das batanghari di utara.
anak-anak mandi di laut sungai musi kota palembang.-foto: evan zumarli/sumateraekspres.id-
english version -------
“i want to go to the sea” said putra, a boy from palembang. the sea? yes, it turns out that there is a sea in palembang that is not yet known to many people, including residents in the south sumatra region. 
eitt... don't get confused first! because what is meant by the sea in palembang is the musi river, which is often called the sea by local residents. 
a moment later, putra ran a little while carrying a towel and a bucket filled with toiletries, “i want to take a bath there!” said putra. 
at that time, the 'sea in palembang' was calm. the weather was sunny. many children and some residents were bathing.
it's a bit strange indeed, if you look at the form, it's clear that the musi river is a river.
but not only putra, the majority of palembang residents also call the musi river the sea.
so, why is the musi river called the sea? let's see what causes it?
the reason why the musi river is called the sea in palembang
umar hasan (77), a community leader and elder in kelurahan 2 ulu, palembang city, explained why the musi river is called the sea in palembang.
“in the past, the musi river was very wide, much wider than it is now,” umar hasan said, as quoted by sumateraekspres.id from sumeks.co in an article entitled: unique, some areas in palembang have sea mentions but no sea, how come?
furthermore, umar added that at that time, this river was often traveled by large ships, creating an atmosphere similar to a sea dock.
still according to umar, the presence of large ships such as pinisi and fishing boats carrying fish makes the sea in palembang, er musi river, look like a sea.
in the past, the musi river was the main trade route for the people of palembang and the surrounding area.
“in addition to large ships, the river is also full of fish, including large fish that are the source of people's livelihoods,” umar explained.
over time, the population grew, and the construction of the ampera bridge prevented large ships from passing through.
the width of the musi river also shrank due to natural changes, turning some of its flow into land that is now inhabited by people.
umar also explained that the term 'laut' was used to distinguish areas within a village or kelurahan.
“for example, kelurahan 1 ulu is divided into 1 ulu land and 1 ulu sea because some people live near the musi river,” he explained.
the term 'laut' also applies to several other areas along the coast of the musi river, especially in seberang ulu.
with its long history and changes, the term 'laut' for the musi river has become part of the identity and culture of the palembang people.