Akibat Pemilih yang Pragmatis

Amrah Muslimin-ist-

Menurutnya, kondisi pemilih yang masih bersifat pragmatis memungkinkan calon tertentu memperoleh suara yang tinggi. Lain halnya jika pemilih sudah bersikap rasional, maka akan tetap memilih benar-benar calon yang dianggap mampu. “Realitasnya sekarang ini pemilih banyak yang pragmatis. Fragmatis itu memilih karena sesuatu,” ungkapnya.

Dikatakannya, menjadi pemilih yang cerdas dan mampu bersikap rasional pertama kali adalah kesejahteraan. ‘’Sehingga kedepan, harus semakin dominan masyarakat yang sejahtera. Maka, akan semakin cerdas dalam memilih,’’ katanya.

Siapapun yang mempunyai kekuasaan, lanjutnya,  pasti mempunyai hasrat untuk memperluas pengaruhnya. Khususnya lewat orang terdekat seperti keluarga. “Tidak bisa dipungkiri, saya, anda pun jelas ketika jadi penguasa akan melakukan hal tersebut. Itu manusiawi,” jelasnya.

Kemudian, tinggal bagaimana partai politik mengelola itu. Meskipun banyak tokoh-tokoh Sumsel yang lebih punya kemampuan. Tapi mungkin tidak punya anggaran untuk membiayai kampanye.

“Apakah masyarakat mau yang seperti itu, mungkin saat ini belum sampai ke titik itu. Bisa saja suatu saat, ketika kesejahteraan masyarakat sudah baik. Mungkin 10 atau 20 tahun lagi.

Generasi Z mungkin akan mencicipi kondisi itu, tapi kita tidak boleh menyerah soal itu. Kita punya kewajiban memberikan pengertian ke masyarakat tak baik punya sikap fragmatis terhadap kontestasi. Karena memang akan menyangkut pada nasib kita semua,” pungkasnya. (dik)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan