Perubahan Pola Petik Petani: Respons Terhadap Kekhawatiran Pencurian
Menghadapi ancaman pencurian hasil petik buah kopi petani yang semakin meningkat. FOTO:Agustriawan/Sumateraekspres.id--
Lahat, Sumateraeskpres. id - Menghadapi ancaman pencurian yang semakin meningkat, petani di berbagai daerah mulai mengubah pola petik mereka untuk meningkatkan keamanan hasil panen mereka.
Kekhawatiran akan pencurian bukanlah hal baru bagi para petani. Namun, dengan meningkatnya insiden pencurian. Terutama di daerah pedesaan yang terpencil, petani merasa perlu untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna melindungi hasil panen mereka.
Sehingga sebagian hasil petik buah kopi petani, masih terlihat banyak yang hijau. Hal ini bila menunggu merah, ditakutkan akan didului oleh pencuri.
"Kalau biasanya nunggu masak, tapi kalau nunggu biji kopi masak keduluan maling.
Jadi kalau sudah terlihat tua bijinya langsung panen," ungkap Bobi salah satu petani.
BACA JUGA:Bersemayam Dibawah Gudang, Damkar Lahat Evakuasi Ular Piton Sepanjang Enam Meter
BACA JUGA:Rasakan Sensasi Bakar Bambu Ikan Sepit, Kuliner Khas Lahat yang Menggugah Selera
Selain itu, sebagian petani ada juga yang menjemur masih berbentuk buah. Juga ada yang sudah dikupas. "Kalau sudah dikupas biar cepat kering dan bisa langsung dijual. Kalau masih bulat kering biasanya disimpan, dikumpulkan banyak baru dijual," sampainya.
Walaupun sebagian ada yang memetik buah masih hijau. Namun sebagian petani juga ada yang nunggu masak baru memetik. Akan tetapi biasanya kebun berado dipinggir jalan atau dipinggir dusun jadi lebih aman.
BACA JUGA:Ini Daftar Nama Perwira Polres Lahat Yang Dimutasi, PJU Hingga Kapolsek
BACA JUGA:Kuliner Tradisional Lahat, Ikan Dibumbui dan Dibakar dalam Bambu, Nikmatnya Tiada Tanding!
"Walau petik masak, tapi tetap was- was takut keduluan. Biasanya kami ramai- ramai ada kalau malam ada yang jaga biar aman," ungkap Ari warga Lahat.
Sementata untuk harga kopi masih bervariasi tergantung kekeringan dan kualitas. Dari harga 60ribu perkg hingga Rp67ribu perkg," sampainya.(Triawan)