Produksi CPO Diprediksi Turun

*Petani Sawit Keluhkan Harga Pupuk Mahal

Keputusan Kementerian ESDM terkait implementasi B35 tentunya sudah dipertimbangkan. Ketua DPD Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel, Alex Sugiarto mengatakan, salah satu pertimbangan yakni soal ketersediaan pasokan bahan baku Crude Palm Oil (CPO).

Selain itu, kapasitas produksi badan usaha bahan bakar nabati juga perlu diperhatikan. Baik dari aspek kesiapan pasokan, distribusi, termasuk infrastruktur penunjang dan standar spesifikasi yang harus dipenuhi.

"Kebijakan menerapkan B35 per 1 Februari 2023 akan meningkatkan alokasi biodiesel sebanyak 13,14 juta Kilo Liter (KL) atau sekitar 19 persen dibandingkan alokasi 2022 yang hanya sebesar 11,02 juta KL," papar Alex, kemarin (8/1).

Artinya, konsumsi minyak sawit dalam negeri akan naik seiring dengan kenaikan alokasi biodiesel ini. Hal ini didukung dengan adanya Keputusan Dirjen Perdagangan Luar Negeri No.19/Daglu/Kep/12/2022, pada 29 Desember 2022 lalu.

Menurutnya, langkah yang diambil pemerintah ini bertujuan untuk menjaga pasokan/konsumsi dalam negeri menjelang bulan Ramadan dan libur Idul Fitri. Sekaligus menjaga harga sawit. Tahun ini diperkirakan terjadi perlambatan perekonomian dunia sehingga permintaan minyak sawit global kemungkinan turun. Juga datangnya musim panen minyak nabati pesaing di negara lain. “Dengan adanya kebijakan ini, pengusaha sawit berharap pasokan atau konsumsi minyak sawit dalam negeri dan harga sawit tetap terjaga,” terang Alex.

Terpisah, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung mengatakan kebijakan pemerintah tersebut tepat. Sebab, dengan mandatory program campuran biodiesel 35 persen (B35) yang akan dimulai bulan depan, setidaknya akan menyerap 14 juta ton CPO nasional.

Namun, ada hal yang mengkhawatirkan. Produksi CPO dalam negeri diprediksi bakal turun drastis. Hal tersebut, kata dia, lantaran dipengaruhi beberapa faktor, terutama harga pupuk yang naik hingga 300 persen.

“Sekitar 60 persen luas kebun petani tidak memupuk sama sekali. Ini menjadi pemicu turunnya produktivitas kebun sawit rakyat. Akibat dari menurunnya produksi TBS petani, maka produksi CPO secara nasional akan menurun juga 5-11 persen,” bebernya. . Tahun lalu sumbangan CPO petani mencapai 28 persen dari total produksi nasional.

Untuk itu, dia minta agar pemerintah untuk memberi perhatian terkait kenaikan pupuk tersebut. Menurutnya, awal 2022 lalu sekitar harga pupuk NPK Rp250-300 ribu/zak dan saat ini harganya mencapai Rp800-Rp1 juta/zak (50 kg).(kms/fin)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan