Calon Ibu Wajib Tau, Resiko-Cara Penanganan Plasenta Previa
Dr. dr. K. Yusuf Effendi, Sp. OG, KFER Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang, FOTO: KRIS/SUMEKS--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID- Saat hamil, seseorang perlu memperhatikan kondisi kesehatan dengan lebih seksama. Bukan tanpa alasan, karena ada banyak komplikasi yang bisa membahayakan kondisi kesehatan ibu dan janin.
“Salah satunya adalah plasenta previa yakni, kondisi saat plasenta berada terlalu rendah atau bahkan menutupi mulut rahim,”kata dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang Dr. dr. K. Yusuf Effendi , Sp. OG, KFER.
BACA JUGA:Faktanya, Konsumsi Kafein Berlebihan di Masa Kehamilan Berpotensi Ganggu Perkembangan Hati Janin
BACA JUGA:Terkena DBD saat Hamil Dapat Mempengaruhi Kesehatan Bayi hingga 3 tahun Pertama Kehidupannya
Lebih lanjut ia mengatakan, ketika seseorang sedang hamil, secara otomatis akan terbentuk plasenta yang kemudian menempel pada bagian dinding rahim.
"Plasenta ini berfungsi menyalurkan nutrisi dan oksigen sekaligus membuang zat yang tidak dibutuhkan dari darah janin melalui tali pusar. Pada kondisi normal, plasenta melebar menjauhi serviks.
Namun, jika ibu mengalami plasenta previa, kondisi plasenta tidak menjauh, bahkan menutupi serviks,"terangnya lagi.
Komplikasi kehamilan ini, kata dia, ditandai dengan perdarahan yang biasanya muncul pada tiga bulan terakhir masa kehamilan atau trimester ketiga.
"Meskipun jarang terjadi, ibu hamil perlu berhati-hati karena jika tidak segera ditangani membahayakan kondisi kesehatan ibu dan janin,"tegasnya.
Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui dengan pasti. Ibu hamil perlu waspada terhadap hal-hal yang bisa meningkatkan faktor risiko terjadinya gangguan kehamilan ini.
Seperti, hamil ketika berusia lebih dari 35 tahun. Pernah melakukan operasi pada bagian rahim. Merokok dan konsumsi obat terlarang. Pernah mengalami keguguran. Pernah menjalani kelahiran caesar. Memiliki riwayat plasenta previa. Kehamilan kedua atau pernah melahirkan.
"Perdarahan yang menjadi gejala utama plasenta previa perlu mendapatkan penanganan. Jika terlambat, ibu rentan mengalami komplikasi yang cenderung membahayakan keselamatan, salah satunya adalah syok hipovolemik,"terangnya.
Selain itu ada juga komplikasi lainnya jika menderita plasenta previa seperti, kelahiran prematur, yang biasa terjadi jika perdarahan ibu tidak terkontrol.
Cedera ketika bayi lahir. Terjadinya asfiksia janin ketika masih berada dalam kandungan. Tromboemboli vena, yang umum terjadi apabila ibu hamil menjalani prosedur rawat inap yang terbilang lama. "Bisa juga terjadi sebagai dampak dari penggunaan obat antikoagulan jangka panjang,"sambungnya.