Ahli Melukis hingga Memahat, Melarikan Diri dari Kejaran Sultan

LELUHUR: Makam Sang Sungging yang berada di Desa Tanjung Batu merupakan leluhur warga sini. Dari sinilah cikal bakal berdirinya Desa Tanjung Batu. Sang Sungging menetap di sini dari kejaran sang Sultan Palembang akibat salah paham. FOTO: ANDIKA/SUMEKS--

Alangkah terkejutnya Sang Sungging, bukannya pujian yang diterima tetapi malah caci maki. Melihat lukisan tersebut, Sultan murka dan marah tanpa bisa terbendungkan. 

Sultan yang marah tanpa basa basi melontarkan pertanyaan yang penuh kecurigaan. "Dari mana Abdul Hamid tahu kalau di paha kiri atas (dekat kemaluan) istriku terdapat tahi lalat sebagaimana hasil lukisan tersebut," bentak Sultan. 

Sang Sungging sontak bingung dengan ucapan Sultan. Ia baru menyadari ada tetesan tinta yang tanpa disengaja terjatuh saat mengantuk malam itu. Jatuh tepat di paha sebelah kiri atas dari lukisan permaisuri. Sehingga menyebabkan Sultan menuduh jika Abdul Hamid telah berselingkuh dengan istrinya.

Kemarahan Sultan membuat Sang Sungging terancam hukuman gantung. Sang Sungging beserta hulu balangnya bergegas melarikan diri dengan menggunakan perahu. Tanpa arah tujuan yang jelas mereka terus menyusuri sungai menuju pedalaman demi menghindari kejaran tentara Sultan.

Berbulan-bulan mengayuh perahu menyusuri Sungai Ogan, sampailah pada suatu lebak (rawa) yang kini dikenal dengan lebak Meranjat.  Hingga akhirnya menepi di suatu hutan belantara seberang Tanjung Batu. Dari wilayah Tanjung Batu sinilah Sang Sungging akhirnya menetap dan tinggal. 

Sang Sungging yang hidup di Tanjung Batu dikenal banyak mengajarkan bermacam hal kepada masyarakat sekitar. Mulai dari bertukang, memahat, membuat perhiasan, hingga menyebarkan ajaran agama Islam. 

Ternyata, sejarah Sang Sungging punya kisah yang berkaitan erat dengan Putri Pinang Masak.  Beberapa waktu beliau tinggal di seberang Tanjung Batu, terdengarlah olehnya ada seorang putri cantik yang tinggal di hulu sungai dan menetap di sebuah dusun bernama Senuro. 

Singkat cerita keduanya saling tertarik, karena sama-sama dikenal sebagai tokoh yang mengajarkan banyak hal ke masyarakat. Sang Sungging mengajarkan teknik pertukangan dan Putri Pinang Masak mengajarkan cara menganyam. Selain itu, mereka punya cerita yang serupa, yakni sama-sama diusir dari istana dan jadi kejaran pengawal Sultan Palembang. 

Memutuskan untuk menikah, persiapan demi persiapan pun dilakukan keduanya. Namun, sebelum pernikahan terjadi, datang beberapa orang pengawal Puteri Pinang Masak menemui Sang Sungging. Membawa pesan bahwa Sang Puteri sedang jatuh sakit. Dari hari ke hari sakitnya bertambah parah hingga akhirnya meninggal. 

BACA JUGA:Destinasi Wisata Air Lintang Indah: Pesona Sungai yang Jernih dan Pohon Rindang

BACA JUGA:Memiliki Beragam Obyek Wisata Memikat, Desa Sindang Panjang, Lahat

Di sisi lain, Sultan yang telah mendengarkan penjelasan permaisuri merasa menyesal telah mengusir Sang Sungging.  Lalu Sultan mengirimkan utusannya kembali, kali ini dalam misi mengajak Sang Sungging untuk kembali ke istana. Namun Sang Sungging terlanjur merasa sudah betah. Serta telah memiliki ikatan emosional dengan peduduk setempat. 

Ajakan Sultan tersebut ditolak dengan penjelasan dan alasan yang halus. Sang Sungging tetap pada pendiriannya untuk tinggal dan membangun bersama penduduk setempat sampai akhir hayatnya. Setelah meninggal, Sang Sungging akhirnya dimakamkan di Tanjung Batu, Ogan Ilir. (dik/)


LELUHUR: Makam Sang Sungging yang berada di Desa Tanjung Batu merupakan leluhur warga sini. Dari sinilah cikal bakal berdirinya Desa Tanjung Batu. Sang Sungging menetap di sini dari kejaran sang Sultan Palembang akibat salah paham. FOTO: ANDIKA/SUMEKS

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan