Downgrade Bukan Harga Mati
--
SUMATERAEKSPRES.ID - PENURUNAN status Bandara SMB II Palembang dari bandara internasional menjadi bandara domestik disayangkan sejumlah pelaku pariwisata.
Karena efeknya tidak akan ada lagi kesempatan penerbangan internasional masuk bandara di Kota Palembang ini, dan itu artinya tak akan ada lagi kunjungan wisman secara direct flight.
BACA JUGA:Pencabutan Status Internasional Bandara SMB II Picu Kekecewaan, Ancam Wisata dan Perekonomian
BACA JUGA:Penurunan Status Bandara SMB II, Kadin Palembang Bergerak Melobi Pemerintah
Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASSPI) DPD Provinsi Sumatera Selatan, Ir Mgs Moh Isnaini F MT menyampaikan rasa prihatin atas turunnya status tersebut. Hal itu tentu berimbas pada sektor pariwisata di Sumsel, khususnya Kota Palembang.
“Saya sangat sedih dengan bandara kebanggaan kita. Apalagi bagi mereka yang sudah merintis untuk menaikan statusnya. Naiknya status bandara ini sudah dari zaman Gubernur Sumsel, Pak Ramli Hasan Basri. Kemudian pindah ke bandara baru pada zaman Gubernur Rosihan Arsyad,” ujarnya, kemarin.
Namun ia juga tak bisa menyalahkan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI yang menurunkan statusnya. “Karena memang kita tidak ada event lagi. Logikanya harus ada early warning dahulu dan ini tidak ujug ujug terjadi.
Kemenhub juga pasti ada analisa,” tuturnya. Kemenhub berpendapat rute luar negeri yang ada sebelum pandemi Covid-19, khusus yang banyak saat penyelenggaran Asian Games 2018 di Palembang. Kala itu banyak penerbangan langsung tujuan internasional, tapi sekarang tidak ada lagi.
Makanya kemarin ASSPI mencoba menjadi pioner untuk medical tourism ke luar negeri, karena selama ini banyak orang termasuk dari Sumsel berobat keluar negeri.
Meski kini belum terlaksana. Karena tak ada lagi penerbangan internasional, ini yang buat Kemenhub RI mengambil sikap. Namun perlu digarisbawahi, keputusan Menteri kan bukannya Al-Quran tidak bisa diubah. “Seharusnya ini menjadi trigger bagi kita untuk harus mengubah diri, jadi bukan harga mati,” ujarnya.
Jadi perbanyaklah kegiatan dan event berskala internasional di Kota Palembang atau Sumsel. “Pemerintah itu adalah regulator fungsinya, fasilitator, promotor, dan kontributor yang memberikan konstribusi untuk majunya daerah.
Bukannya eksekutor, jadi tidak berorientasi bisnis. Contoh kalau mau mengejar seperti Bali, tidak akan pernah terkejar. Ada satu sisi masalah keamanan. Jadi sebenarnya ayo bersama-sama, perbanyak event atau kegiatan yang berkelanjutan. Jangan bersifat temporary,” kata dia.
Misalnya menyelenggarakan event olahraga harus bersama-sama Pemerintah Kota dan Provinsi melobi. “Kita contohkan jika ada event dokter, semua pasti kena imbasnya.
Makanan, transportasi, hotel, bus, dan lain-lain,” kata dia. Meningkatnya transportasi dapat berdampak pada perputaran ekonomi. Banyaknya kegiatan akan meningkatkan income per kapita. Dengan status bandara domestik, orang luar terutama wisman akan berpikir ngapain ke Palembang jika harus transit Jakarta atau Batam.