https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Penghasilan Hanya  Rp60 Ribu per Hari

MURATARA - Petani karet di Desa Kerani Jaya, Kecamatan Nibung, Muratara, semakin terpuruk. Harga karet yang tak bersahabat, membuat petani ini hanya bisa pasrah.

Indra, petani karet asal Kirani Jaya, menuturkan saat ini masa kejayaan karet sudah berakhir. ‘’Kami hanya  bisa bertahan menginggat komoditi ini tak pernah lagi alami kenaikan harga,’’ ujarnya.

Ditempatnya, harga karet paling tinggi cuma tembus Rp6 ribu/kg.  ‘’Sudah lama tidak naik naik lagi," katanya.

Hasil dari perkebunan karet sudah tidak menjanjikan lagi. Dalam 4 hari/hektare warga hanya mampu mendapatkan sekitar 40 kg karet yang akan diolah lalu dijual ke sejumlah pengepul di desa mereka. "Kalau dihitung warga yang bertani karet hanya mampu mendapatkan Rp60 ribu/hari,"ucapnya. BACA JUGA : BLT Belum Cair, Pasar di Muratara Sepi Pengunjung

Indra mengatakan, kondisi itu belum ditambah dengan situasi dan kondisi di masyarakat. Karena tidak menutup kemungkinan setiap hari warga menyadap karet. "Kadang kondangan, ado yang sakit, atau ado urusan yang mesti keluar dusun. Jadi idak tiap hari nyadap getah," timpalnya.

Sebagian besar masyarakat masih bertahan dengan komoditas perkebunan karet. Karena tak  ada pilihan. Namun ada juga yang alih profesi sebagai buruh serabutan atau membuka lahan untuk komoditas lain seperti kebun kelapa sawit.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Muratara, Ade Mairi mengungkapkan, kedua komoditas karet dan kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang sangat dipengaruhi pasaran internasional. ‘’Warga bisa memanfaatkan tanaman sela seperti sayur sayuran selain tanaman inti. Karena tanaman sela seperti sayur sayuran itu juga bernilai ekonomis," ungkapnya.(zul)

Vebri Al Lintani

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan