Teknologi Mobil Hidrogen Mahal
MOBIL HIDROGEN : Toyota telah memproduksi mobil berbahan bakar hidrogen bernama Mirai. Mobil ini diproyeksi menjadi salah satu mobil masa depan di Indonesia. Namun saat ini teknologi mobil hidrogen dianggap masih lebih mahal dibanding mobil listrik. FOTO --
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Sejumlah lembaga saat ini membentuk ekosistem untuk kendaraan berbasis hidrogen. Lembaga tersebut misalnya PLN Indonesia Power (IP) yang telah meresmikan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hidrogen di Jakarta.
PT Pertamina (Persero) juga tengah membangun stasiun pengisian bahan bakar hidrogen (SPBH) di Jakarta.
BACA JUGA:Inspeksi SPKLU, 1.299 Unit Layani Mobil Listrik, Tersedia di Semua Rest area
BACA JUGA:Honda-GM Produksi Mesin Mobil Hidrogen
Namun demikian, terdapat sejumlah kendala untuk membuat kendaraan hidrogen mengaspal secara masif di Indonesia. Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Yohanes Nangoi mengatakan teknologi mobil hidrogen sangat bersih emisi, namun masih mahal. “Mobil hidrogen ini emisi gas buangnya adalah berupa air atau H20,” kata Yohanes.
Namun GAIKINDO menyambut positif langkah pemerintah mengembangkan infrastruktur mobil hidrogen di Indonesia. Pasalnya, pemerintah sangat memperhatikan lingkungan dengan mempersiapkan hal ini.
Ia mengingatkan pasar terbesar kendaraan di Indonesia saat ini ada di kelompok dengan kemampuan daya beli masyarakat di antara Rp200-325 juta.
Sedangkan, harga mobil hidrogen yang beredar saat ini teknologinya jauh lebih mahal dibandingkan mobil listrik. “Daya beli masyarakat Indonesia di mobil itu yang market segmen-nya besar itu di Rp200 juta, Rp350 juta itu masih berani,” katanya.
Produsen mobil hidrogen di dunia juga masih sedikit. Teknologi mobil saat ini pusatnya berada di Cina, Jepang, Eropa, Amerika, dan Korea Selatan.
Sementara Indonesia baru dalam tahap memantau akan dibawa kemana teknologi ini. Yohanes meyakini bahwa kendaraan yang bisa mmenangkan pasar adalah yang lebih bersih lingkungan, harganya kompetitif, serta bisa lebih lama dipakai. Dengan demikian, harga mobil sangat berpengaruh pada daya saing pasar.
“Bukannya belum siap, mungkin di orang-orang tertentu siap untuk membeli, tapi cuma satu dua biji orang yang beli. Apakah secara ekonomi masuk? Kan tidak masuk.
Jadi kesiapan itu macam-macam,” kata dia. Menurutnya, kesiapan infrastruktur, kesiapan daya beli masyarakat itu harus diimbangi. Jika tak seimbang maka ekosistemnya tak akan jalan.
Mobil hidrogen memang belum dijual massal seperti kendaraan listrik. Namun, pemerintah sudah menyiapkan roadmap untuk penerapan teknologi tersebut.
“Roadmap-nya sudah ada. Permenperin (Peraturan Menteri Perindustrian) Nomor 29 Tahun 2023, regulasinya ada,” ucap Agus Gumiwang, Menteri Perindustrian.