https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Integrasi Antar Moda Wujudkan GNKAU, Tuntaskan Kemacetan Tekan Emisi Karbon

MANGKAL : Dua angkot feeder LRT Musi Mas mangkal menunggu penumpang di samping Stasiun LRT RSUD Provinsi Sumsel. Penumpang yang naik feeder LRT ini tak dikenai ongkos alias gratis karena sudah dibiayai (subsidi) oleh Kementerian Perhubungan RI. -Foto : Rendi/Sumateraekspres.id-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Dua angkutan pengumpan (feeder) LRT Musi Mas mangkal di samping Stasiun LRT (light rail transit) RSUD Provinsi Sumsel, Senin siang (8/4). Satu persatu penumpang datang naik angkot (angkutan kota) gratis yang disediakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI untuk masyarakat Kota Palembang itu. Sopir-sopir mobil dengan sabar bergiliran menunggu sejak jam 5 subuh.

Empat penumpang lagi, angkot feeder LRT yang disopiri Zainal Fikri terisi penuh dari 9 kapasitas tempat duduk (seat). Sariyem (45) memilih duduk paling pinggir dekat kaca belakang sambil menggamit barang belanjaan. Hari itu ia mau pulang ke rumahnya di Jl Sukawinatan, Kelurahan Sukajaya. “Baru dari belanja baju dan kue kering untuk Lebaran di Pasar 16 Ilir. Tadi naik LRT dulu melalui Stasiun Ampera, lalu setop di Stasiun RSUD Sumsel,” ungkapnya kepada Sumatera Ekspres saat ditemui.

Sariyem mengaku memilih feeder LRT karena hanya angkutan ini yang tersedia melewati Jl Sukawinatan, tidak ada angkutan umum lain. Selain itu naik feeder LRT gratis sejak 2 tahun terakhir. “Cuma bayar ongkos LRT saja Rp5 ribu, pulang pergi Rp10 ribu,” terang Sariyem. Jauh lebih murah dibanding naik ojek pangkalan atau ojek online yang tarifnya Rp20 ribu sekali jalan.

Diakuinya, kehadiran angkot feeder membantu sekali mobilitasnya ke berbagai wilayah sampai daerah pinggiran kota. “Angkutannya aman, nyaman, ramah, dan ber-AC. Jauh lebih baik dari angkot atau bus kota tua berbayar yang tersedia sebelumnya,” lanjutnya. Apalagi feeder LRT Musi Mas terkoneksi langsung dengan moda transportasi utama di Kota Palembang, LRT Sumsel.

Total saat ini ada 51 unit New Oplet Musi Emas beroperasi di 7 koridor (rute). Lima koridor di antaranya dibiayai langsung Kemenhub RI melalui Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan (BPKARSS), yaitu koridor 3 rute Stasiun Asrama Haji-Talang Betutu, 4 Stasiun LRT Polresta-Perumahan OPI, 5 Stasiun DJKA-Terminal Pasar Plaju, 6 Stasiun RSUD-Sukawinatan, dan 7 Stadion Kamboja-Bukit Siguntang via Stasiun Demang.  

Dua lagi dihandel Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, meliputi koridor 1 Talang Kelapa-Talang Buruk via Stasiun Asrama Haji dan koridor 2 Stasiun Asrama Haji-Sematang Borang melalui Jl Noerdin Pandji. Keuntungan sama diungkap Junita (30), warga Jl Tapak Siring, Lorong Serdang RT 24, Talang Betutu.

Ia sering memanfaatkan angkot New Oplet Musi Emas dan LRT saat bepergian ke rumah keluarga, pasar, mall, Stasiun KA Kertapati. Sebab feeder LRT beroperasi sampai Talang Betutu sejak tahun 2022. “Tidak susah menjangkaunya karena angkot Musi Emas sampai ke sini (rumahnya, red), padahal Talang Betutu itu sangat jauh. Ongkosnya juga gratis,” bebernya.

Dia sendiri biasa setop di halte Stasiun Asrama Haji, lalu nyambung naik LRT. “Tinggal dari LRT mau kemana, ke Pasar 16 Ilir berhenti di Stasiun Ampera atau Palembang Icon Mall berhenti di Stasiun Bumi Sriwijaya, ke Bandara SMB II Palembang berhenti di Stasiun Bandara. Karcisnya murah Rp5 ribu, jadi pulang pergi habis Rp10 ribu,” sebutnya.

Diakuinya, integrasi antara moda LRT-angkot feeder Musi Mas yang dibangun Kemenhub RI sangat praktis, nyaman, aman, cepat, dan hemat bepergian kemana pun. Dibanding naik kendaraan pribadi ke 16 Ilir, itu sekitar 19 km dari sini. Jika kebetulan jalanan lancar 49 menit sampai, tapi pas lagi macet satu jam lebih. Naik LRT dan angkot feeder lebih ringkas, waktunya pasti, dan bebas macet.

Junita dapat menghemat biaya angkutan. Hitung-hitungannya mengendarai motor sekali jalan habis Rp20 ribu untuk beli bensin, sementara ongkos ojek online Rp40 ribu atau taksi online (taksol) Rp80 ribu. Anggaplah jika sebulan 4 kali bepergian naik motor sendiri habis Rp160 ribu untuk BBM saja, berarti selama 2 tahun Junita menghemat Rp3,84 juta. “Angkutan kota seperti inilah yang kami harapkan sejak lama,” terang ibu rumah tangga ini.

Sopir Feeder LRT Musi Mas Koridor 6, Zainal Fikri menjelaskan ia biasa menunggu penumpang sampai penuh di samping Stasiun LRT RSUD Provinsi Sumsel. “Penumpang tak perlu bayar ongkos, karena kami sudah digaji pemerintah. Begitu pula uang bensin mobil juga ditanggung. Sekali jalan satu shift sepuluh puteran di koridor ini habis sekitar Rp200 ribu,” ujarnya. Jika dapat shift pertama, Zainal mangkal sejak jam 5 subuh sampai jam 1 siang, setelahnya sopir lain melanjutkan shift kedua hingga jam 9 malam.

Pengawas Operasional Feeder LRT BPKARSS, Bela Sintia menerangkan sehari feeder LRT Musi Mas mengangkut lebih dari seribu penumpang per koridor. “Total yang kita handel langsung ada sebanyak 25 unit, beroperasi di 5 koridor selama 16 jam sehari atau 8 jam per shift. Kita punya 50 sopir feeder, penumpang tidak dikenai tarif lantaran sopirnya sudah digaji tiap bulan,” tuturnya.

Kemenhub sengaja memfasilitasi angkutan pengumpan ini untuk menunjang operasional dan menjaring para penumpang LRT Sumsel, sekaligus menggalakan program Gerakan Nasional Kembali ke Angkutan Umum (GNKAU) bagi masyarakat. Dengan begitu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, menuntaskan kemacetan lalu lintas perkotaan, serta menekan polusi udara dari emisi gas buang kendaraan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor di Kota Palembang pada tahun 2022 mencapai 145.035 unit mobil penumpang, 737 unit bus, 21.971 unit truk, dan 382.685 unit sepeda motor. Sayangnya tren penggunaan kendaraan pribadi masih meningkat setiap tahun, seiring bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. Di tahun 2020, pengguna mobil penumpang tercatat 134.715 unit dan sepeda motor 377.259 unit.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan