https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Integrasi Antar Moda Wujudkan GNKAU, Tuntaskan Kemacetan Tekan Emisi Karbon

MANGKAL : Dua angkot feeder LRT Musi Mas mangkal menunggu penumpang di samping Stasiun LRT RSUD Provinsi Sumsel. Penumpang yang naik feeder LRT ini tak dikenai ongkos alias gratis karena sudah dibiayai (subsidi) oleh Kementerian Perhubungan RI. -Foto : Rendi/Sumateraekspres.id-


NAIK LRT : Penumpang memadati trainset LRT Sumsel menempuh perjalanan seputar wilayah Palembang. Di momen Lebaran, LRT Sumsel operasionalkan 7 trainset. -Foto : BUDIMAN/SUMEKS -

Berkat subsidi ini pula, masyarakat bisa menikmati transportasi publik LRT yang nyaman dan murah. Bahkan sistem integrasi yang dibangun Kemenhub membuka keterjangkauan warga pinggiran kota bepergian atau berwisata dalam kota melalui feeder Musi Mas dan BRT Teman Bus/Trans Musi. Kebermanfaatan itu dirasakan betul oleh Ferry Ahmadi (40) ketika mau pergi ke Bandara SMB II Palembang untuk tugas luar kota.

Dari rumahnya di komplek Anggrek Residence Jl OPI 1, Kelurahan 15 Ulu, Ferry butuh waktu sekitar 41 menit naik mobil/motor ke bandara, dengan jarak tempuh 23 km. “Itu jika jalanan lancar. Persoalannya sekarang, jalan protokol sering macet setiap waktu, mulai dari Jembatan Ampera, Simpang Charitas, Jl Jend Sudirman, Jl Kol H Burlian. Waktu tempuh sudah pasti lebih dari 1 jam. Makanya saya sering khawatir lama di jalan, repotnya ketinggalan pesawat,” ujarnya.

Sekarang adanya LRT, Ferry memilih naik kereta cepat modern itu lantaran bebas macet, cepat, aman tanpa risiko di jalan. “Perjalanan saya dari stasiun terdekat, DJKA ke Stasiun Bandara itu sekitar 49 menit. Jadwal keberangkatannya pasti, ada setiap 20 menit sekali dari jam 5 subuh sampai jam 8 malam. Sebaliknya jika mau pulang dari bandara, tidak perlu lagi minta antar jemput keluarga,” terang karyawan perusahaan migas ini. Tarifnya kompetitif, lanjut Ferry, Rp10 ribu ke stasiun bandara.

Dengan kemudahan dan fasilitas yang disediakan, tak heran LRT kian digemari. Tren penggunaannya bertumbuh sejak pertama kali operasi. Tahun pertama operasional (Juli-Desember 2018), penumpang LRT mencapai 927.432 orang. Tahun berikutnya (2019) melonjak 2.619.159 penumpang. Sementara 2020-2021 sempat menurun akibat pandemi Covid-19, masing-masing 1.053.637 dan 1.599.133 penumpang.

Di tahun 2022 meningkat lagi hingga 3.087.760 penumpang dan 2023 terealisasi sebanyak 4.082.637 penumpang. “Total ada 6 sarana (trainset LRT) beroperasi dengan 94 perjalanan setiap hari pukul 05.05-20.43 WIB,” ungkap Kepala BPKARSS, Rode Paulus GP SSi MT. Rode menyebut LRT sudah menjadi backbone transportasi di Sumsel, khususnya di Palembang sehingga pelayanan yang diberikan harus maksimal.

Dengan begitu program GNKAU yang digalakan Kemenhub RI berjalan sempurna. “Kami terus berupaya meningkatkan minat masyarakat naik LRT, dengan memperbanyak kegiatan eduwisata dan edutrip di LRT, menguatkan kerjasama lintas instansi dan pemangku kepentingan terkait. Membuat kartu berlangganan untuk ASN, lansia, masyarakat umum, pin prioritas bagi ibu hamil dan orang rentan, serta tarif berlangganan bagi penumpang. Kita juga memaksimalkan tenant UMKM dan ruang kreasi yang ada di stasiun,” jelas Rode.

Bila melihat lalu lintas terbanyak jatuh pada hari Sabtu dan Minggu. Dalam 2 hari itu, penumpang bisa tembus 20-30 ribu orang per hari. “Stasiun paling banyak dikunjungi Asrama Haji dan Ampera. Di Asrama Haji banyak pekerja, warga, dan anak sekolah datang menggunakan LRT, sedangkan di Ampera banyak pedagang dan orang berlibur,” ungkapnya. Animo itu juga didorong kehadiran feeder LRT dan BRT yang ada.

Manager Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre III Palembang, Aida Suryanti menambahkan selama 5 tahun LRT beroperasi sudah menggaet lebih dari 12 juta penumpang. “Tarif masih sama seperti awal beroperasi, tiket tujuan non bandara Rp5 ribu dan tujuan bandara Rp10 ribu,” tutur Aida. Tak hanya terhubung angkot feeder, LRT terintegrasi layanan BRT Teman Bus/Trans Musi dan Damri. “Makanya kami bersama BPKARSS bisa menjual tiket integrasi yang lebih murah di 12 stasiun kecuali Stasiun Bandara,” sebutnya.

Harapannya tiket integrasi ini mewujudkan konektivitas antar moda transportasi umum, memudahkan mobilitas masyarakat, serta mengajak kembali ke angkutan umum guna mengurangi beban jalan raya dan polusi udara. “LRT Sumsel jadi daya tarik masyarakat lokal maupun pendatang (wisatawan). Stasiun dan rute perjalanan melintasi objek wisata dan ikon Kota Palembang, termasuk fasilitas publik dan pusat perbelanjaan. Ada Jembatan Ampera, Palembang Icon/Opi Mall, Bandara SMB II, RSUD Sumsel, dan sebagainya,” pungkas Aida. 

Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi menegaskan peningkatan layanan angkutan massal, baik itu LRT, angkot feeder, dan BRT sebagai wujud nyata implementasi GNKAU. “GNKAU upaya Pemerintah mengembangkan angkutan umum berbasis jalan dan rel di kawasan perkotaan. Palembang salah satu kota yang memiliki fasilitas angkutan massal lengkap, mulai dari bus, LRT, angkot, sampai angkutan sungai dan danau saling terhubung,” ujar Budi.

Diakuinya, integrasi antarmoda suatu keharusan dan ini perlu sinergi semua pihak baik Pemda, akademisi, perbankan, masyarakat. Khususnya dalam rangka mengoptimalkan keberadaan LRT Sumsel. “Mari kita kembali ke angkutan umum karena ini memberikan kebaikan untuk kita semua. Tidak macet, tidak capek berkendara, biaya murah, dan lingkungan kita lebih bersih dari pencemaran udara,” bebernya.

Namun tantangan ke depan, lanjut Budi, bagaimana meningkatkan awareness (kesadaran) masyarakat menggunakan angkutan umum secara berkelanjutan. Mengingat data terakhir BPS, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang menggunakan kendaraan bermotor umum rute tertentu masih minim. Tahun 2020 di Indonesia hanya sebesar 5,74 persen, sementara khusus Provinsi Sumsel 3,85 persen.

Bertambahnya kepemilikan kendaraan pribadi di masyarakat perkotaan maupun pedesaan salah satu pemicunya. Walau sebenarnya di negara maju kepemilikan kendaraan bertambah, tapi penggunaan kendaraan umum tetap mayoritas. Kuncinya, transportasi umum populer di negara maju lantaran biaya/ongkos yang murah, cepat sampai, menjangkau sampai pelosok kota, jaringan kereta api dan jalan terintegrasi, serta terhubung dengan berbagai moda transportasi umum. 

Dan kehadiran LRT Sumsel mengawali manajemen transportasi maju yang baik itu di Kota Palembang. Tinggal mengoptimalkan integrasi angkutan serta memperbanyak sarana prasana pendukung, seperti feeder LRT menjangkau semua kawasan secara merata. LRT harus banyak angkutan pengumpannya. “Sejauh ini kolaborasi antara Kemenhub dengan Pemkot Palembang menyediakan angkutan feeder ini  sudah cukup baik. Ke depan kita gandeng pihak swasta,” tandas Budi Karya. (fad)

Tag
Share