SALAH URAT, JANGAN DIPIJAT

--

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID-Sebagai manusia yang dinamis dan senantiasa bergerak,  bisa saja sewaktu-waktu terjadi insiden yang menyebabkan cidera pada bagian persendian,  dan masyarakat lebih akrab menyebut cidera persendian itu dengan istilah salah urat, keseleo, terkilir, atau  beberapa sebutan kedaerahan lainnya.

Ada kesalahkaprahan di masyarakat setiap kali terjadi kasus salah urat, maka upaya penyembuhannya langsung dipijat, dan menggunakan media pengobatan yang memberikan efek panas, misalnya balsam, param kocok, dan sejenisnya. 

BACA JUGA:Begini Cara Pijat PD yang Benar, Untuk Cegah dan Deteksi Kanker Payudara

BACA JUGA:Jelajahi Tradisi Pijat Dunia: Penggabungan Budaya, Anatomi, dan Filosofi dalam Terapi Manipulasi Tubuh

Dan balsem panas digunakan untuk meredakan bengkak, dan nyeri. 

“Walaupun mungkin setelah pemijatan dirasakan  “nyaman”, itu semata-mata hanyalah efek placebo ( lebih bersifat subyektif dan sugestif ) belaka, yang tidak menyembuhkan dalam arti sebenarnya, tetapi sebaliknya prosedur penyembuhan yang dilakukan justru berisiko atau menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih buruk, bisa saja jaringan yang awal mulanya hanya mengalami peregangan, justru menjadi robek, bahkan putus, atau proses kesembuhan menjadi lebih lama dari waktu yang seharusnya,” kata Fisioterapis RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumsel Hero Pratomo, Amd.FT, SKM.

Dalam dunia medis istilah salah urat biasa disebut sebagai sprain, atau strain.  

Sprain dan strain adalah dua tipe kerusakan atau cedera jaringan lunak. 

Tapi, sebenarnya keduanya memiliki definisi yang berbeda. Sprain adalah cedera pada sendi yang melibatkan peregangan atau robeknya ligamen dan kapsul sendi.  

Sedangkan strain adalah peregangan atau robeknya  otot atau tendon (urat). 

Bisa dibayangkan ketika jaringan-jaringan tersebut dalam kondisi seperti itu dilakukan upaya pemijatan, apalagi menggunakan cara yang progresif, bahkan sebagian malah ditarik-tarik atau diregangkan, maka justru semakin rusaklah bagian yang memang sudah cidera. 

Tindakan penyembuhan yang tidak tepat bisa menaikkan level grade cidera . Demikian juga penggunakan obat-obatan yang menghasilkan panas pada kondisi cidera akut  ( baru terjadi ) justru semakin menambah aktualisasi peradangan, bisa berupa penambahan pembengkakan atau nyeri.

“Ini disebabkan  karena sifat panas bisa memicu vaso dilatasi ( pelebaran ) pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan cairan di  daerah yang cidera yang justru menambah bengkak,” kata Heru. 

Meski gejala keduanya hampir mirip, namun ada terdapat sedikit perbedaan. Berikut gejala sprain dan strain: Nyeri sendi, Terdapat pembengkakan, Gerakan sendi terbatas, Memar sekitar sendi (untuk gejala sprain), Membuat otot menjadi tegang (untuk gejala strain)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan