Musrenbang RPJPD Sukses, Menuju Sumsel MAPAN 2045

Pj. Gubernur Sumsel Dr. Drs. A. Fatoni, M.Si., foto bersama Forkopimda Provinsi Sumsel pada acara Musrenbang RPJPD Sumatera Selatan 2025 - 2045.-Foto: Ist-

SUMATERAEKSPRES.ID - Negara Indonesia termasuk Provinsi Sumsel saat ini menghadapi tantangan perubahan iklim. Kondisi ini tentu saja harus diantisipasi lantaran juga dapat berdampak pada perekonomian jika tidak teratasi secara optimal terutama soal ketahanan pangan. 

Karenanya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumsel, Regina Ariyanti ST menyebut salah satu isu strategis dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Sumsel 2025-2045 terkait ketahanan pangan. 

“Tantangan kita ke depan adalah perubahan iklim yang dapat berefek pada pangan. Secara global ini sudah jadi isu. Untuk itu bagaimana Sumsel bisa beradaptasi dengan perubahan iklim yang ada,” ujarnya usai Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJPD Sumsel di Hotel Novotel, kemarin.

Pihaknya berharap dengan kondisi iklim yang ada, Sumsel pun mampu beradaptasi dan menjaga ketahanan pangan, baik di wilayah Sumsel maupun nasional. "Sumsel sejauh ini mampu bertahan dengan kondisi yang ada dan ini harus terus dikembangkan," jelasnya.

Penjabat Gubernur Provinsi Sumatera Selatan, Dr Drs A Fatoni MSi mengatakan perekonomian Sumsel masih mampu tumbuh stabil di kisaran 5 persen. Beberapa capaian indikator makro ekonomi juga telah menunjukkan tren yang positif. Namun terdapat sejumlah “PR” yang masih harus dibenahi di Bumi Sriwijaya ini seperti masalah isu global penghentian penggunaan batubara yang harus direspon cepat, transformasi ekonomi. 


Panitia Musrenbang RPJPD Provinsi Sumatera Selatan dan seluruh karyawan/ti Bappeda Provinsi Sumsel.--

BACA JUGA:Target Sumsel MAPAN 2045, Pelopor Pembangunan Hijau

BACA JUGA:Yuk Daftar! Hafidz Tohir dan Tokoh Muda Sumsel M Rasjid Rajasa Gelar Mudik Gratis Jakarta-Palembang

Kemudian kondisi sektor pertanian yang cenderung menurun produksinya, terutama akibat perubahan iklim atau cuaca ekstrem. “Langkah reformasi tidak cukup, perlu transformasi baik itu transformasi sosial, ekonomi, dan tata kelola,” bebernya. 

Deputi Direktur International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) Indonesia, Andree Ekadinata mengatakan perubahan iklim dewasa ini tak hanya menyangkut isu lingkungan, tetapi juga isu kemanusiaan. Oleh karena itu, dalam merencanakan berbagai strategi 20 tahun ke depan yang tertuang dalam RPJPD Sumsel 2025-2045, pihaknya merekomendasikan empat hal yang patut mendapat atensi guna menjaga perekonomian wilayah tetap berjalan baik. 

“Ketika merencanakan pembangunan 20 tahun ke depan perlu memperhatikan masa lalu, kondisi saat ini, dan potensi tantangan di masa mendatang. Termasuk tantangan perubahan iklim,” katanya di sela-sela Musrenbang. Pertama perlu diperhatikan, seperlima pertumbuhan ekonomi Sumsel bergantung sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yaitu ketersediaan lahan yang ada saat ini. 

Menurut Andree, ini tidak sama dengan kondisi dulu, lahan yang tersedia saat ini semakin menyempit. Sementara pertumbuhan penduduk Sumsel diproyeksi mencapai 10 juta jiwa dalam beberapa tahun ke depan, membuat kebutuhan lahan semakin meningkat. “Kuncinya membangun sinergi antara rencana pembangunan dengan tata ruang, meningkatkan produktivitas supaya setiap jengkal lahan menghasilkan produksi yang bermanfaat,” jelasnya. 


Konferensi usai pembukaan Musrenbang RPJPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2025-2045.--

BACA JUGA:Kejaksaan Adakan Gerakan Pangan Murah Serentak, Instruksi Kejati Sumsel kepada seluruh Kejari

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan