Refleksi Keajaiban Al-Quran, Mukjizat Nabi Muhammad Menggemparkan Bumi
Afriantoni , Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah--
Ini menegaskan kebenaran Al-Quran sebagai petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Mukjizat Al-Quran adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa pada Al-Quran yang terjadi melalui nabi Muhammad SAW, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada orang yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal yang serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut.
Beberapa mukjizat Al-Quran yang sering disebutkan antara lain keindahan sastra dan bahasanya, kejelasan dan ketepatan informasinya, serta prediksi-prediksi yang terdapat di dalamnya yang kemudian terbukti benar.
Mukjizat Nabi Muhammad berupa Al-Quran sampai sekarang kita masih bisa dirasakan dan saksikan. Tidak ada perbedaan umat Nabi Muhammad SAW saat ini dengan umat era sahabat Nabi yang telah hadir dan hidup bersama Nabi.
Buya Hamka, ulama Indonesia terkemuka dalam bukunya Tafsir Al Azhar menyatakan bahwa ada empat mukjizat Al-Quran mampu membuat tercengang indra kita. Pertama, memperkuat prediksi ilmiah. Menurut Buya Hamka menunjukkan bahwa Al-Quran telah mengandung informasi yang menakjubkan mengenai ilmu pengetahuan modern, meskipun diturunkan pada abad ke-7 Masehi.
Prediksi ilmiah dalam Al-Quran, seperti pembentukan embrio, perjalanan matahari, proses terjadinya bumi dan langit, bulan, bintang, matahari, dan berbagai fenomena alam, telah terbukti sesuai dengan penemuan ilmiah yang lebih baru. Bahkan. Proses turunnya hujan dan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah di bumi.
Kedua, keajaiban cerita masa lalu. Cerita masa lalu yang terdapat dalam Al-Quran juga menjadi bagian dari bukti mukjizatnya. Seperti berita tentang cerita Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Musa as, Nabi Ibrahim as, Nabi Isa as, Kaum Tasmud, Kaum Luth, dan lainnya.
Semua berita di dalam Al-Quran merupakan berketetapan dengan kenyataan yang benar dan seluruh ahli sejarah mengakuinya. Ketiga, keajaiban bahasa. Buya Hamka menyoroti keajaiban bahasa Al-Quran yang menjadi bukti nyata atas ketidakmungkinan manusia biasa untuk meniru keindahan dan kedalaman bahasa Al-Quran.
Al-Quran menggunakan bahasa Arab yang begitu sempurna dan indah sehingga bahkan para ahli sastra Arab kagum atas keunikannya. Al-Quran memiliki derajat yang tinggi dalam setiap susunan kata, irama, dan gaya bahasa. Susunan kalimat Al-Quran bukan merupakan syair dengan rangkaian kata menurut suku kata bilangan tertentu, bukan puisi apalagi sebuah prosa.
Keempat, keselarasan dengan akal sehat. Buya Hamka menekankan bahwa Al-Quran juga sesuai dengan akal sehat dan logika manusia. Pesan-pesan moral, hukum-hukum, dan petunjuk hidup yang terkandung dalam Al-Quran memang sesuai dengan fitrah manusia dan memberikan solusi bagi banyak masalah sosial dan individu.
Kelima, kesibambungan dan konsistensi. Al-Quran memiliki kesinambungan yang luar biasa dalam berbagai aspeknya, mulai dari cerita-cerita yang disampaikan hingga perintah-perintah agama.
Buya Hamka menegaskan bahwa kesinambungan ini menjadi bukti kebenaran Al-Quran, karena tidak mungkin sebuah karya manusia bisa memiliki kesatuan yang begitu kokoh dan menyeluruh.
Keenam, meyakinkan kejadian masa depan. Al-Quran memberitakan segala sesuatu yang akan terjadi. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang memberitakan peristiwa-peristiwa besar yang akan terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat tahapan yang digambarkan oleh Al-Quran yakni yaumul akhir: yaumul barzakh (alam barzah), yaumul ba'ats (hari kebangkitan), yaumul mahsyar (hari perkumpulan), yaumul hisab (hari perhitungan), yaumul mizan (hari penimbangan), yaumul shirath (hari melewati jembatan), dan yaumul jaza (hari pembalasan).
Terakhir, konsistensi teks, setelah berabad-abad. Buya Hamka menyoroti fakta bahwa tidak ada satu pun bagian dari Al-Quran yang telah mengalami perubahan, menegaskan bahwa kekekalan teks ini juga merupakan mukjizat yang patut dipertimbangkan.
Sebagaimana sifat-sifat mulia hukum alam tidak pernah berakhir di masa-masa lalu karena selalu tampak baru dan segar, begitu pula halnya dengan Kitab Suci ini sehingga firman Allah SWT dan kinerja-Nya dapat dibuktikan selalu berjalan selaras.