TARBIYYAH RAMADAN
Suparjon Ali Haq Al Tsabit,S.Pd.I., M.Pd.I Wakil Ketua MUI Kabupaten OKI Ketua Umum Dewan Dakwah Kabupaten OKI Dosen Universitas Islam OKI (UNISKI) Kayuagung-Foto: Ist-
Ini berarti, puasa harus menghasilkan jiwa disiplin dalam ketaatan kepada Allah Swt. Dan kedisiplinan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam dunia apapun, apalagi dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim.
Memantapkan Keinginan Baik.
Keinginan (iradah) merupakan sesuatu yang mesti ada, tumbuh dan berkembang dalam diri seorang muslim dalam rangka melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah Swt. Puasa mendidik kita untuk menumbuhkan dan mengembangkan iradah untuk melaksanakan yang baik dan iradah untuk menjauhi segala bentuk keburukan.
Pahala atau imbalan besar yang disediakan Allah Swt terhadap orang yang berpuasa dengan baik membuat tumbuh pada dirinya keinginan untuk melaksanakan segala bentuk kebaikan dan menjauhi segala bentuk keburukan. Misalnya saja, di bulan Ramadan kita dibina untuk menolong orang lain dengan cara memberi makan atau minum kepada orang yang berbuka dengan pahala yang besar.
Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa memberi jamuan buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala seperti pahalanya (orang yang berpuasa) itu, yaitu tidak dikurang sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).
Mengendalikan Nafsu Seksual.
Secara khusus, ibadah puasa juga mendidik kita untuk melakukan pengendalian terhadap nafsu seksual Tapi bukan berarti membunuh nafsu seksual sehingga kita tidak memilikinya lagi. Nafsu seksual merupakan salah satu pintu yang digunakan oleh syaitan dalam menggoda manusia menuju jalan yang sesat.
BACA JUGA:FOKKU Sumsel Beri Santunan 4 Panti Asuhan Jelang Ramadhan
BACA JUGA:Tradisi Meriah Sambut Ramadhan di Lubuklinggau yang Penuh Makna dan Bikin Merinding Bakal Digelar
Karena itu, tidaklah aneh kalau kita menemukan begitu banyak manusia yang akhirnya jatuh ke lembah yang nista karena tidak mampu mengendalikan nafsu seksualnya. Berapa banyak orang kaya yang jatuh miskin karena masalah seksual. Berapa banyak pejabat yang jatuh dari kursi kekuasaannya karena nafsu seksual dan berapa banyak terjadi kasus-kasus kerusakan akhlak lainnya karena berpangkal dari persoalan seksual.
Karena itu, tidak aneh juga kalau ada psikolog menganggap seks sebagai faktor utama penggerak aktivitas manusia. Karena memang begitulah yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, khususnya di dunia barat. Wabah kerusakan moral dan berbagai penyakit telah bermunculan karena bermula dari ketidakmampuan manusia mengendalikan nafsu seksualnya.
Oleh karena itu, bagi seorang muslim, masalah seksual merupakan karunia Allah Swt yang pelampiasannya boleh dilakukan pada batas-batas yang telah ditentukan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Ibadah puasa melatih kita untuk mengendalikan keinginan seksual itu.
Jangankan kepada wanita lain atau kepada lelaki lain, kepada istri atau suami saja harus dikendalikan dengan sebaik-baiknyapada saat sedang berpuasa.
Allah Swt berfirman yang artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak bisa menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar (QS 2:187).