Penjualan Ritel Bisa Tumbuh 4-4,5 Persen

Jika Daya Beli Terjaga Tahun Ini

JAKARTA - Posisi cadangan devisa Indonesia kembali meningkat. Bank Indonesia mencatat pada akhir bulan lalu mencapai USD 139,4 miliar. Peningkatan tersebut dipengaruhi penerbitan global bond pemerintah dan penerimaan pajak dan jasa.

“Posisi cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, kemarin.

Bank Indonesia menilai cadangan devisa saat ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal. Serta, menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Di tempat terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menyebutkan, RI mendapat momentum yang baik dengan tercetaknya surplus dagang dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi tersebut dapat dimitigasi untuk menjaga daya beli. “Kami berharap surplus dapat digunakan untuk menjaga purchasing power dan menjaga inflasi,” tambah Roy.

Salah satu caranya, kata Roy, adalah menjaga kebijakan populis fiskal dan moneter. Selama pandemi, “musuh” utama sektor ritel dan pusat belanja adalah keterbatasan mobilitas. Sementara saat ini, dalam masa pemulihan, menurut Roy, tantangan utamanya adalah daya beli dan inflasi.

“Kami mengapresiasi BI yang sudah melakukan berbagai penyesuaian, tapi kenaikan BI rate ikut meningkatkan suku bunga sehingga kredit consumer terdampak dan itu pengaruhnya ke daya beli. Saat inflasi bisa turun nanti, kami juga harap kebijakan fiskal bisa mengimbangi,” bebernya.

Aprindo memproyeksikan penjualan ritel bisa tumbuh 4 sampai 4,5 persen pada 2023. Tahun ini bakal dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk dimulainya tahun politik. “Kestabilan harga komoditas juga diharapkan bisa terkendali sehingga daya beli masyarakat terjaga,” ucapnya. Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman menambahkan cadangan devisa kembali naik USD 2,2 miliar dari USD 137,2 miliar pada akhir tahun lalu. Jumlah terbesar sejak Februari 2021 atau dalam 11 bulan terakhir. Sejalan dengan pemerintah yang berhasil memperoleh dana USD 3 miliar dari penerbitan obligasi global berdenominasi USD. (fad) https://sumateraekspres.bacakoran.co/?slug=sumatera-ekspres-24-januari-2023/

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan