Mengupas Buku Puisi Sungai dan Rawang, Gen Z Peduli Lahan Basah Sungai Musi
Arbi Tanjung, sastrawan dari Pasaman, Sumatera Barat, menjadi pembahas buku puisi Sungai dan Rawang.-Foto: Hendro/sumateraekspres.id-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Puisi, sebuah bentuk sastra yang memaparkan pikiran dan perasaan, telah menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar.
Buku terbaru berjudul "Sungai dan Rawang", yang diterbitkan oleh Teater Potlot, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana para penyair muda dari generasi Gen Z di Palembang turut ambil bagian dalam menyuarakan keprihatinan mereka terhadap Sungai Musi dan lahan basahnya.
Buku setebal 99 halaman ini menghadirkan 82 puisi dari 10 penyair muda Palembang, menggambarkan beragam sudut pandang dan perasaan mereka terhadap Sungai Musi dan rawangnya.
Diluncurkan dalam peringatan Hari Lahan Basah Sedunia di Kopi Mibar Palembang pada tanggal 4 Februari 2024, buku ini menyoroti pentingnya menjaga ekosistem sungai dan rawa sebagai bagian integral dari lingkungan kita.
BACA JUGA:IOH Bukukan Pertumbuhan Solid di Seluruh Lini Bisnis
BACA JUGA:4 Hal Ini yang Akan Kamu Miliki Kalau Hobi Membaca Buku
Sungai Musi, yang luasnya mencapai tiga juta hektare, menjadi fokus utama dalam buku ini.
Dalam bait-bait puisi, para penyair mencerminkan kepedulian mereka terhadap Sungai Musi yang terus mengalami pencemaran dan degradasi.
Melalui puisi-puisi seperti "Keruh Tubuhmu" karya Kemas Yudha dan "Ikan Kehilangan Puisi" karya Mahesa Putra, para penyair muda menyampaikan pesan tentang betapa pentingnya menjaga kelestarian sungai dan ekosistemnya bagi keberlangsungan hidup manusia dan satwa liar.
Namun demikian, buku ini juga menghadirkan beberapa puisi yang melompat dari tema utama, membicarakan hal-hal seperti cinta dan asmara.
BACA JUGA:5 Tips Mencegah Hal Buruk yang Mengancam Keselamatan Buku
BACA JUGA:Jendela Dunia Terbuka! Berikut 5 Manfaat Luar Biasa dari Kegiatan Membaca Buku
Meskipun demikian, kehadiran karya-karya seperti ini menambah warna dan keragaman dalam buku tersebut.
Menurut Arbi Tanjung, seorang pekerja sastra dan budaya dari Pasaman, Sumatera Barat, kumpulan puisi ini menandai sebuah "lompatan" dalam dunia sastra Palembang. Para penyair muda berhasil menggambarkan kepedulian mereka terhadap lingkungan melalui karya-karya yang orisinal dan kuat.