Transaksi E-commerce di Indonesia Diprediksi Meningkat Tajam
Tren Belanja Online 2024 Diproyeksi Meningkat Pesat. Foto shutterstock.com--
SUMATERAEKSPRES.ID - Melalui riset yang dilakukan oleh International Data Corporation (IDC) Asia Pacific, perkiraan transaksi yang berkaitan dengan platform e-commerce di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.
Proyeksi ini bahkan mengindikasikan bahwa pada tahun 2027, nilai transaksi tersebut dapat mencapai angka mencengangkan, yakni sekitar US$118 miliar.
E-commerce, yang merujuk pada segala kegiatan jual beli atau transaksi yang dilakukan melalui media elektronik seperti internet, menjadi fokus utama dalam riset ini.
Dari proyeksi IDC terhadap Indonesia pada tahun 2024, diperkirakan pangsa pasar transaksi e-commerce akan mencapai US$75 miliar.
BACA JUGA:HZ Akui Tandatangani Dana Hibah Karena Hal Ini, Sidang Dugaan Dana hibah Koni Sumsel
BACA JUGA:Sidang Perdana Kasus Korupsi Bawaslu OKU Timur Digelar Rabu
Namun, yang menarik adalah perubahan pola transaksi yang diantisipasi, di mana transaksi digital domestik diperkirakan akan meningkat hingga mencapai 32%, disusul oleh penggunaan dompet digital sebesar 29%.
Sementara itu, transaksi berbasis kartu diperkirakan akan mengalami penurunan menjadi 28%, diikuti oleh BNPL (Buy Now Pay Later) sebesar 6%, dan transaksi offline lainnya sebesar 5%.
Metode pembayaran yang dominan dalam pangsa pasar ini didominasi oleh penyedia layanan berbasis aplikasi, menjadi faktor utama dalam transformasi pola pembayaran di era digital ini.
Riset yang dilakukan oleh bisnis.com, dengan judul 'How Asia Buys and Pays 2023: Tapping into Asia's Regional Commerce Opportunities', mengungkapkan bahwa tren yang terjadi di Indonesia sejalan dengan proyeksi transaksi e-commerce di kawasan Asia Tenggara (Asean) pada tahun 2027.
BACA JUGA:Ini Penampilan Perdana Idris Elba Sebagai Model Calvin Klien
Nilai transaksi tersebut diprediksi mencapai US$273,3 miliar, melampaui dua kali lipat dari capaian pada tahun 2022 yang hanya sebesar US$118,4 miliar.
Associate Research Director IDC Financial Insight and Retail Insights IDC Asia Pacific, Michael Yeo, menjelaskan bahwa transaksi digital akan menjadi pendorong utama pertumbuhan di negara-negara Asia Tenggara, namun dengan fenomena unik yang terjadi di setiap negara.
Di kawasan Asean, layanan keuangan digital domestik, seperti QRIS dan mobile banking, diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang pesat.
Sementara itu, dompet digital dan BNPL juga akan mengikuti tren yang serupa, terutama karena adanya keterbatasan akses terhadap kartu kredit yang lebih umum digunakan di negara-negara dengan kondisi ekonomi yang lebih maju.
Indonesia, menurut IDC, akan menjadi satu-satunya negara yang mengalami perlambatan dalam transaksi e-commerce berbasis kartu (kartu kredit dan debit), serta transaksi offline lainnya seperti cash on delivery (CoD) dan pembayaran via ATM.
Sementara itu, penggunaan dompet digital, transaksi online domestik, dan BNPL diprediksi akan terus menguat di masa mendatang.
Peran Indonesia sebagai pendorong utama ekonomi di kawasan Asean yang terus bertransformasi ke arah transaksi digital sangatlah penting.
Pemain utama dalam pertumbuhan ini adalah penyedia layanan BNPL, dompet digital, dan aplikasi transaksi digital domestik.
Dilansir dari Katadata.co.id, survei yang dilakukan oleh Jakpat terhadap 1.700 responden di wilayah Jawa dan luar Jawa menunjukkan bahwa fesyen dan aksesoris merupakan produk yang paling populer atau paling banyak dibeli oleh konsumen saat berbelanja online, dengan 50% responden yang membeli produk tersebut.