Banyak Mahasiswa Terjerat Pinjol, Pinjam untuk Bayar UKT dan Kebutuhan Konsumtif
grafis pinjol--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Di tengah maraknya kasus pinjaman online (pinjol), dua kampus besar seperti ITB dan UGM jalin kerja sama dengan platform pinjol. Alasannya, untuk memudahkan mahasiswa membayar uang kuliah yang banyak dikeluhkan begitu tinggi.
Pilihan pinjol yang ditawarkan kampus kepada mahasiswa untuk melunasi tunggakan uang kuliah tunggal (UKT) ini pun menjadi sorotan. Menimbulkan pro dan kontra. Karena cara ini dinilai justru berpotensi menjadi kredit macet dan menyulitkan mahasiswa. Terutama masalah bunga yang selama ini cukup tinggi, tagihan pinjol yang tak beretika, dan lain sebagainya.
Di Sumsel, memang belum terdengar kampus yang kerja sama dengan perusahaan pinjol. Namun, banyak mahasiwa yang sudah terjerat pinjol. Terkait hal ini, sejumlah mahasiwa angkat bicara. Shafira Maharani, mahasiswa Universitas Sriwijaya mengungkapkan kerja sama ini memang akan meringankan, asalkan bunganya kecil dan sesuai prosedur serta diawasi pemerintah.
“Cuma yang kami takutkan ini bunganya besar dan biodata kita juga ikut disebar seperti kasus pinjol kebanyakan,” ujarnya, kemarin (28/1). Karenanya kalau memang ada kerjasama dengan kampus, Shafira berharap pinjol juga dapat beretika. Tidak menyebar biodata, tidak memaksa tagihan dengan cara tidak sopan. “Pernah satu kali pinjam uang di pinjol, kejadiannya seperti itu. Setelah itu kapok dan tak pernah lagi,” ujarnya.
BACA JUGA:OJK Terima 319.416 Permintaan Layanan, Termasuk Pengaduan Soal Pinjol
BACA JUGA:Transaksi Pinjol Meningkat Jelang Nataru. 3 Daerah Ini Paling Banyak Laporan
Senada, Iswahyudi, mahasiswa PTS terkemuka di Sumsel menyebut pinjol pilihan terakhir manakala tidak ada lagi yang bisa memberikan pinjaman. “Kalau besok kita tidak bisa makan, terpaksa meminjam online. Mengembalikannya pun ketika datang kiriman orang tua,” katanya. Sebagai anak buruh yang berada di daerah, ia mahfum jika orang tuanya tidak setiap bulan bisa mengirim uang.
Kendati ia tak menampik beberapa kasus pinjol sering terjadi. “Kalau ada kerjasama dengan kampus, ini sebenarnya dapat membantu rekan mahasiswa seperti saya. Bisa dapat pinjaman cepat, bunga kecil, tapi jangan sampai ada kasus pinjol seperti selama ini,” tukasnya.
Menurut Andi Wiradinata, Bendahara Daerah BEM Nusantara Sumsel mengatakan banyaknya masyarakat atau pemuda terjerat pinjol untuk kebutuhan konsumtif, bukan untuk produktif. "Dari sanalah banyak problem (kredit macet) pinjol pun timbul, mulai dari teror pihak pinjol sampai peminjam depresi lantaran tak bisa mengembalikan pinjaman," ujarnya.
Diakuinya, sesama teman mahasiswa pun kini sudah mengakses pinjol. "Ada teman yang mempergunakan pinjaman itu untuk keperluan sehari-hari, seperti pembelian token listrik, sembako dan lainnya," ungkapnya. Tapi dia menyarankan alangkah baiknya jika mau meminjam online pikir terlebih dulu agar tidak terjerat dalam permasalahan pinjol yang bisa menyebabkan kerugian.
BACA JUGA:Teror Pinjol Makan Korban, Diduga Tak Sanggup Bayar, Warga 16 Ulu Akhiri Hidup
BACA JUGA:Gegara Pinjol, Seorang Pria di Palembang Nekat Gantung Diri, Begini Ceritanya
Dwiki, mantan Presma Unsri 2021 ini menyebut pinjol sebagian besar digunakan untuk hal-hal konsumtif, belanja, makan, termasuk judi online. "Karena syaratnya mudah, tapi risikonya teror pinjol jika macet. Kadang ini tak disadari banyak orang terutama mahasiswa jika kepepet, ada yang sekedar ikut-ikutan, diiming-iming jadinya terjerat pinjol tanpa sadar kalau data mereka potensi disebar jika tidak membayar," ucapnya.
Ia tetap berpesan, walau ada fasilitas pinjol, jangan sampai ikut-ikutan atau mudah diimingi pinjol. Karena sudah banyak orang terjerat hingga akhirnya terlilit hutang ratusan juta lantaran berbunga tinggi dan tidak mampu membayar. "Jangan sampai kita terlalu konsumtif sehingga terjerat pinjol yang sudah banyak merugikan mahasiswa, kedepankan hidup hemat,” tandasnya.