https://sumateraekspres.bacakoran.co/

144 Kg Sabu-Sabu Dikemas Mirip Teh China Kelabuhi Polisi. Sempat ke Palembang, Ternyata Sindikat Ini

Jajaran Polrestabes Surabaya ungkap kasus 144 kg sabu-sabu dengan tersangka pasutri selaku kurirnya--

BACA JUGA:Operasi Antinarkoba Sukses: 19 Ribu Butir Pil Ekstasi Asal Pekanbaru Gagal Beredar di Palembang

Lalu, melintaslah mobil yang diduga membawa narkoba seperti informasi masyarakat tersebut. Persis di Km 110 Jalintim, wilayah Muba, mobil itu diberhentikan petugas BNNP. Sopir dan seorang rekannya diamankan.

“Tapi kita tidak temukan narkoba seperti informasi yang didapat,” imbuh Brigjen Djoko. Namun, petugas yakin keduanya kurir. Lalu dilakukan interogasi terhadap keduanya.

“Akhirnya, kedua pelaku ini mengaku dan menunjukkan lokasi tempat mereka membuang sabu-sabu itu,” tambahnya. Ternyata, sabu-sabu seberat 5 kg dibuang di Km 114.

Kedua tersangka merupakan anggota sindikat jaringan narkoba antarprovinsi. Yakni Sumut, Riau, Kepulauan Riau dan Sumsel. Sabu seberat 5 kg itu berasal dari Pekanbaru, Provinsi Riau. 

BACA JUGA:Paket Narkoba di Polda, Ojol Panik

BACA JUGA:Narkoba dari Medan Tujuan Muratara, Gagal Kirim

“Akan dikirimkan keduanya ke kawasan Tulung Selapan, Kabupaten OKI. Yang pesan di OKI,” beber Brigjen Djoko.
Peran kedua pelaku sebagai kurir.

Pengakuan mereka ini, sudah dua kali menyelundupkan sabu-sabu ke Tulung Selapan. Untuk kedua kurir, mengaku dapat upah mengantarkan sabu-sabu itu sebesar Rp 50 juta per orang.

“Pengakuan mereka, sabu-sabu itu untuk stok malam tahun baru,” jelasnya.  Kata Brigjen Djoko, terlihat kalau permintaan para pengguna sabu di Sumsel begitu tinggi.

Seorang pelaku, Maruta Jaya mengakui perbuatan mereka yang mencoba menyelundupkan sabu-sabu 5 kg ke Tulung Selapan OKI.

BACA JUGA:Lagi Packing 4 Paket Sabu dari Aceh, 4 Pengedar Kena Gerebek

BACA JUGA:Tren Distribusi Sabu Kemasan Teh Cina Tujuan Pulau Bangka, Segini Banyaknya…

Ia mengaku, untuk sekali pengiriman, upahnya tidak selalu sama. Sesuai jumlah narkoba yang diantarkan.

"Biasanya kita pakai sistem borongan. Untuk yang terakhir ini, kami dapat upah Rp50 juta tiap orang. Itu sudah termasuk untuk bensin dan akomodasi serta makan kami berdua sampai ‘barang’ ini diterima pemesan di Tulung Selapan,” jelasnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan