Tak Sesuai dengan Norma Etika, Budaya, dan Agama
Kebiasaan Warga Kawin Cerai Hingga Berkali Kali (2)
Motif kasus kawin cerai berkali kali cukup beragam. Mulai dari tradisi daerah, ekonomi hingga penyimpangan seksual.
ZULKARNAIN - Muratara
KASUS kawin cerai berkali-kali memang sering terjadi di Muratara. Hal seperti ini dianggap tetap tidak sesuai dengan perspektif filosofis dan perspektif normatif yang ada ditengah masyarakat. ‘’Kasus seperti (Kawin cerai berkali kali, red) itu sebetulnya cukup sensitif. Tapi tentunya itu tidak sesuai dengan norma etika, budaya dan agama kita," ujar Kepala Kantor Kementerian Agama Muratara, H Iksan Badjuri.
Menurutnya, ada beragam faktor yang mempengaruhi wanita sering melakukan kawin cerai berkali kali. Mulai dari tidak memiliki kepuasan seksual dengan pasangan, atau tergoda dengan pasangan orang lain, bisa jadi akibat kekurangan finansial dengan pasangan atau faktor lainnya. ‘’Selagi dalam konteks resmi (kawin-cerai, red) itu tidak masalah. Tapi kalau sudah sampai istri orang lain diklaim istrinya sendiri, ini sudah diluar nalar dan bisa disebut penyimpangan," bebernya.
Baca juga : Tobat Ingin Tinggalin Selingkuhan? Enam Tips Ampuh Ini Bisa Kamu Coba Baca juga : Askolani Sebut Gemapatas Jadi Langkah Awal Solusi Sengketa Lahan
Dikatakan, pihaknya berharap, agar seluruh element masyarakat baik dari unsur pemerintahan, tokoh adat, maupun tokoh agama menyampaikan ke masyarakat luas jika pernikahan merupakan hal yang sakral. ‘’Pemahaman masyarakat Muratara terkait pernikahan, nampaknya tidak terlepas dari sejarah dan budaya yang berkembang,’’ katanya.
Kisah yang cukup populer di tengah warga Muratara, seperti cerita tapak intan.
Dia merupakan wanita rupawan tinggal di pedalaman hutan di Muratara, yang memiliki banyak suami dari status pernikahan, sehingga banyak melahirkan keturunan masyarakat asli di Kabupaten Muratara. (*/habis)