Anak Muda Enggan Jadi Petani, Sumsel Butuh Regenerasi

Anak Muda Enggan Jadi Petani, Sumsel Butuh Regenerasi --

SUMATERAEKSPRES.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel merilis hasil pencacahan data Sensus Pertanian Sumsel tahap 1 tahun 2023. Ada dua indikator utama yang dikupas. Soal jumlah rumah tangga usaha pertanian (RUTP) dan usaha pertanian perorangan (UTP).

Dari sensus terungkap, jumlah RUTP naik 21,12 persen dari 958.754 rumah tangga pada 2013 lalu menjadi 1.161.246 rumah tangga. Namun, untuk UTP alami penurunan 1,66 persen dari  1.205.264 unit menjadi 1.185.289 unit.

"Jadi memang pelaku usaha rumah tangganya meningkat, tapi pelaku usaha perseorangannya mengalami penurunan," jelas Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto MSi. Menurutnya, 

faktor yang menyebabkan penurunan pelaku usaha pertanian perseorangan di Sumsel karena generasi milenial sudah tidak konsen lagi mau bertani. Tapi lebih konsen ke pekerjaan lain selain pertanian. 

"Usia petani kita kebanyakan 40 tahun ke atas. Ini butuh regenerasi. Menjadi tantangan kita juga ke depan untuk menggugah kembali para pemuda dan kaum milineal. Ayo kembali ke desa untuk membangun pertanian," imbuh Wahyu.

Menjadi petani sekarang tak harus konvensional. Apalagi dengan perkembangan teknologi pertanian sekarang yang semakin maju. Tidak juga butuh lahan luas, sebab bisa gunakan konsep urban farming. 

"Malah sebenarnya orang-orang yang muda itu bisa belajar, punya informasi yang cepat sehingga bisa membangun pertanian lebih bagus lagi," katanya.  Dari data Sensus Pertanian 2023, jumlah petani milenial usia 19-39 tahun  sebanyak 766.207 orang atau 66,03 persen dari jumlah petani di Sumsel yang mencapai 1.160.436 orang.

Jika dibagi dalam kelompok umur, petani 15-24 tahun ada kenaikan. Tapi untuk usia 25-34 tahun dan 35 - 44 tahun justru mengalami penurunan. “Dan itu generasi - generasi milineal. Sedangkan petani yang usia di atas 45 tahun yang jumlahnya semakin banyak,” jelasnya. 

Petani yang paling banyak di Sumsel berdasarkan komoditas yang diusahakan yaitu petani perkebunan karet hampir 43 persen. Lalu, petani sawah hibrida 23,16 persen, petani kopi 16,91 persen, dan petani kelapa sawit 15,28 persen.

Kemudian,, peternakan ayam kampung biasa 9,53 persen, peternak sapi potong 5,31 persen, kambing potong 4,76 persen, petani kelapa 3,94 persen, durian lainnya 3,87 persen, dan sawah inbrida 3,27 persen. (tin) 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan