Guru Dalam Perspektif Pembangunan Manusia Indonesia

M. Yasin--

Oleh : M.Yasin (praktisi pedidikan, seni dan budaya)

Setiap tahun guru-guru di Indonesia selalu memperingati hari guru. Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) merupakan momentum  penting untuk mengenang kembali kilas balik perjuangan guru Indonesia baik pada masa pra kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain Peringatan Hari Guru Nasional kita juga  memiliki momentum Peringatan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) yang jatuh pada tanggal 2 Mei.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini jatuh pada tanggal 2 Mei yang ditetapkan berdasarkan hari lahir Pahlawan Pendidikan Nasional  KI HADJAR DEWANTARA  yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 melalui Keputusan Presiden (keppres) nomor  316 tahun 1959.

Sedangkan Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November. Penetapan Hari Guru Nasional Ini ditetapkan atas perjuangan panjang guru Indonesia sejak tahun 1912 dengan terbentuknya Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB), lalu pada tahun 1932  dibentuk Persatuan Guru Indonesia (PGI), dan 100 hari setelah kemerdekaan Republik Indonesia dibentuklah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tanggal 25 November 1945 melalui Kongres Guru Indonesia di Surakarta.

BACA JUGA:Guru di OKU Timur Ini Harus Melewati Jalan Berlumpur dan Hewan Buas Demi Mengajar, Siapa Dia?

Atas dasar inilah  Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden (keppres) nomor 78 tahun 1994 menetapkan hari lahir PGRI sebagai Hari Guru Nasional.

Memperingati Hari Guru Nasional bukan hanya sekadar mengenang kilas balik perjuangan guru Indonesia dengan acara-acara seremonial dan eporia berbagai lomba, tetapi lebih dari itu momentum peringatan Hari Guru Nasional harus dijadikan:

Pertama, sebagai momentum dalam mengingatkan kembali akan pentingnya  peran   guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa  sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 melalui sebuah proses pendidikan. 

Kedua, sebagai momentum dalam membangun semangat dan motivasi untuk meningkatkan kemampuan guru dalam kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial,  dan kompetensi profesional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005. 

BACA JUGA:MIRIS, Profesi Guru Paling Banyak Terjerat Pinjol. Persentasenya 42 Persen, Penyebabnya Gara-Gara Hal Ini!

Tanpa peningkatan kompetensi ini bagaimana mungkin guru dapat meningkatkan kapabilitas personal berupa pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dalam mengelola sebuah proses pembelajaran. Seorang guru harus memiliki kepribadian yang mumpuni, dewasa,, arif, bijak, berakhlak mulia, cerdas, beriman dan bertakwa, memiliki etos kerja yang tinggi dan memiliki berbagai karakter mulia lainnya agar dapat menjadi teladan bagi para anak didiknya.

Sebagai mahluk sosial seroang guru dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik dengan sesama pendidik dan kepada peserta didik serta kepada orang tua / wali peserta didik. Memiliki sifat inklusif dan empati kepada seluruh warga sekolah dan Masyarakat.

Sebagai pendidik seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan pedagogik  dan profesionalitas agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Memiliki kemampuan membuat perencanaan, metode dan strategi kegiatan pembelajaran yang tentu saja dengan dasar keilmuannya dapat mentransfer ilmunya kepada peserta didik.     

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan