Jual Konsep Sustainable Tourism, 7 Desa Ini Patut Ditiru. Ada Desa yang Mampu Raup Rp14 M Setahun. Penasaran?

Desa Pujon Kidul salah satu desa wisata yang terapkan konsep sustainable tourism --

SUMATERAEKSPRES.ID-Melalui Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memotivasi munculnya desa-desa dengan potensi wisata menarik.

Setelah itu, mendorong pengembangan desa wisata tersebut agar kunjungan wisatawan berkesinambungan. Tentu saja dengan menerapkan konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan.

Sustainable tourism merupakan pariwisata yang memerhatikan dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan, baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.

Pedoman pembangunan destinasi wisata berkelanjutan terdiri dari empat kategori.  Pertama, pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan. Kedua, pemanfaatan ekonomi bagi masyarakat lokal.

BACA JUGA: Wujudkan Desa Wisata Pangan Mandiri, Taman Bermain Ala Singapura

BACA JUGA:Berawal dari Kotoran Berakhir ke Tanah Suci, Desa Wisata Danau Shuji Energi Baru Warga Lembak

Ketiga, pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung. Terakhir, pelestarian lingkungan.

Konsep itu tentu sangat bisa diterapkan oleh pengelola desa-desa wisata yang ada di provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Apalagi, tiap tahun di Sumsel ada ajang Anugerah Pesona Desa Wisata (APDW), kerja sama Pemprov Sumsel melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dengan Sumatera Ekspres.

Nah, dari ribuan desa wisata yang saat ini ada di Indonesia, 7 desa berikut mungkin bisa jadi percontohan keberhasilan dalam penerapan konsep sustainable tourism tersebut.  

BACA JUGA:Anugerah Pesona Desa Wisata Sumsel 2023 Sukses

BACA JUGA:Mantap! Desa Sungsang IV Masuk 75 Desa Wisata Terbaik 2023

Desa Kete Kesu di Toraja, Sulawesi Selatan

Desa Kete Kesu merupakan desa adat. Mengusung konsep sustainable tourism dalam kategori pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung.  

Atraksi wisata yang paling ikonik dari Desa Kete Kesu yaitu upacara adat Rambu Solo. Lalu ada kuburan di tebing batu yang ditaksir telah berusia 500 tahun.

Itu berarti, selama itu pula adat istiadat itu telah dilestarikan. Inilah sustainable dari sisi tourism yang dijual desa ini.

Sehingga, wisatawan yang datang berkunjung tidak hanya melihat rumah adat Tongkonan yang berjajar rapi di Desa Kete Kesu.

BACA JUGA:Kembangkan Potensi Desa Wisata

BACA JUGA:10 Rekomendasi Desa Wisata Favorit di Sumsel

Tapi juga bisa melihat kuburan di tebing itu dan upacara Rambu Solo. Sustainable tourism lain yakni rumah-rumah adat Tongkonan yang dari sisi usia juga sudah tua.

Diperkirakan rumah-rumah itu lebih dari 300 tahun. Daya jual lain, desa Kete Kesu ini juga terkenal sebagai penghasil kerajinan pahat dan lukis.

Desa Ponggok di Klaten, Jawa Tengah

Desa Ponggok punya 5 sumber mata air. Warga lalu memanfaatkan itu untuk destinasi wisata. Tidak hanya untuk pertanian dan perkebunan saja.


 
Destinasi unggulan di desa ini yaitu Umbul Ponggok. Pengunjung bisa snorkeling, latihan menyelam, hingga berfoto selfi di bawah air.

BACA JUGA:Digitalisasi Membangun Desa Wisata SAD

BACA JUGA:Belajar Dari Desa Wisata Cikolelet

Selain Umbul Ponggok, ada 4 sumber mata air lain yang juga menarik untuk dikunjungi, yaitu Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Kapilaler, dan Umbul Cokro.

Memanfaatkan potensi alamnya, Desa Ponggok menjadi salah satu desa terkaya di Indonesia. Penghasilan desanya dengan menjual wisata itu mencapai Rp14 miliar dalam setahun.

Desa Penglipuran di Bali

Desa Penglipuran di BALI ini masuk dalam 100 besar destinasi berkelanjutan versi Global Green Destinations Days (GGDD).



Desa yang terletak di wilayah Bangli itu bahkan dinobatkan sebagai Desa Terbersih di dunia. Sebuah prestasi yang luar biasa.

BACA JUGA:Lakukan Resep dari Wamenparekraf Angela Ini, Desa Wisata Anda Akan Lebih Josss

BACA JUGA:Terpilih, Para Nominator APDW Sumsel 2023

Kesadaran masyarakat setempat menjaga kelestarian lingkungan lahir dari aturan adat desa.

Salah satu aturan yang menarik yakni larangan menggunakan kendaraan bermotor di wilayah Desa Penglipuran itu.

Tentu saja tujuannya mencegah polusi. Dengan cara ini mereka menjaga kebersihan udara di Desa Penglipuran sebagai bentuk pelestarian lingkungan.

Kemudian ada juga aturan adat desa yang mengatur soal tata ruang Desa Penglipuran. Namanya konsep Tri Mandala.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan