https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Berkat LPG, Nelayan Melaut Tanpa Batas

HIDUPKAN MESIN : Nelayan Tanah Malang, Zulkifli menghidupkan mesin perahunya yang sudah menggunakan bahan bakar gas (BBG) elpiji 3 kg. Zulkifli biasa melaut ke perairan Sungai Musi sampai muara Upang dan Sungsang tiga kali seminggu.-Foto : Rendi/Sumateraekspres.id-

Tak heran, jika Syarifudin (58), nelayan Tanah Malang yang juga tetangga Zulkifli ikut merasakan manfaat sama. “Tapi kalau tak dibantu mesin konversi BBM ke BBG, tak bisa juga nelayan menggunakan LPG. Tidak ada yang jual di pasaran, adanya mesin perahu BBM dan itu pun mahal Rp6 juta-an, tidak terbeli nelayan. Mesin BBG didesain khusus, dengan knop sambungan selang gas,” tambah Syarifudin.

Dikatakan, bantuan itu dari Pemerintah (Kementerian ESDM) dan PT Pertamina (Persero) dalam Program Konversi BBM ke BBG untuk nelayan. “Kelompok kami mendapat paket konverter kit (konkit) BBM ke BBG tahun 2019 silam,” tuturnya. Paketnya berupa mesin penggerak kapal, 2 tabung LPG 3 kg, satu set baling-baling, selang gas, regulator, pencampur (injector), serta aksesoris lainnya.

“Waktu pembagian, ada sekitar 200-an nelayan Palembang menerima bantuan. Khusus kelompok kami dengan Pak Ketua (Zulkifli, red) yang dapat 10 orang,” ungkap anggota Kelompok Nelayan Mawar ini. Namun karena sudah berusia, Syarifudin lebih sering berlayar ke perairan terdekat. “Seputaran Keramasan, saya menangkap ikan seluang. Sekali jalan dapat sekitar 3 kg-an, dijual Rp120 ribu. Lumayan untuk biaya hidup sehari,” cetusnya.

Baginya, satu tabung LPG 3 kg bisa tahan seminggu melaut. Sementara dengan BBM, 1 liter sekali jalan sehari. “Jauh sangat hemat. Pertamina betul-betul membantu nelayan karena menyediakan LPG subsidi. Tak perlu susah-susah mencari bensin setiap hari, tinggal bawa gas langsung mengarungi Sungai Musi,” tegasnya.

Apa yang dirasakan nelayan tangkap, seperti itu pula harapan Pertamina meng-energi bangsa lewat pendistribusian LPG 3 kg bersubsidi secara merata dan tepat sasaran. Yaitu gas melon untuk rumah tangga miskin, usaha mikro, nelayan, serta petani sasaran. “Ratusan nelayan di Keramasan pun telah menggunakan LPG untuk melaut,” tandas Syarifudin.

Konversi BBG Sejahterakan Nelayan

Penyuluh Perikanan Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Kota Palembang, Vini Sushanti A.Md menjelaskan ada 1.029 nelayan di Palembang yang telah menerima bantuan paket konkit dari tahun 2018, 2019, 2022, dan 2023. Mereka menyebar di Kecamatan Kertapati, Gandus, Seberang Ulu II, Plaju, Kalidoni, Jakabaring, dan Ilir Timur 2.

“Artinya sudah banyak sekali nelayan menggunakan LPG 3 kg berlayar ke sungai, danau, atau laut. Hampir semuanya, dari jumlah nelayan di Palembang sekitar 1.200-an orang,” terang Vini. Ia sendiri sebagai fasilitator (pengusul, red) bagi nelayan mendapatkan paket konkit dari Program Konversi BBM ke BBG ini.

Tujuannya supaya nelayan lebih sejahtera, karena penggunaan gas sebagai bahan bakar jauh lebih hemat dan ramah lingkungan. Selain itu meningkatkan produksi ikan nelayan lantaran mereka dapat berlayar jarak jauh, lebih lama, dan tanpa batas dengan hanya 1 tabung gas melon. Akhirnya pendapatan bertambah, nelayan-nelayan sejahtera.

“Mesin BBG bantuan Pemerintah ini ada 3 varian yaitu 13 PK, 9 PK, dan 6,5 PK sesuai besar kecil ukuran perahu. Selanjutnya Pertamina mendistribusikan paket konkit berikut perlengkapan lainnya, seperti 2 tabung LPG 3 kg masing-masing ke nelayan sasaran,” tuturnya. Hingga kini bantuan senilai Rp8-9 juta-an itu terus bergulir, sampai seluruh nelayan Sumsel menggunakan BBG.

Di Indonesia, program konversi untuk nelayan dan petani ini dimulai dari tahun 2016. Hingga 2022 telah dibagikan 115.859 paket konkit nelayan sasaran dan 44.448 paket konkit petani sasaran. Tahun ini menjadi tahun ke-8 pendistribusian konkit sejumlah 15.865 paket pada bulan Oktober-November 2023. Rinciannya 13.865 paket konkit nelayan di 49 kabupaten/kota dan 39.000 paket konkit petani di 69 kabupaten/kota.

Direktur Pemasaran PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legawa Putra mengatakan Pertamina kembali mendapat amanah penugasan dan kepercayaan dari Pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM, untuk menjalankan tugas pendistribusian paket perdana Program Konversi BBM ke BBG kepada nelayan dan petani sasaran tahun 2023.

“Kami mendukung, berkolaborasi, dan berusaha memberi layanan terbaik. Mudah-mudahan program ini selesai tepat waktu, tepat sasaran, tepat jumlah, dan bermanfaat bagi kehidupan dan perekonomian masyarakat,” ujar Mars Ega.

Tak sekedar itu, Pertamina juga menjamin ketersediaan dan kelancaran distribusi LPG melalui program One Village One Outlet (OVOO). Dengan begitu masyarakat, khususnya nelayan pengguna BBG mudah mendapatkan LPG dimana pun. Saat ini program OVOO telah menjangkau 8.962 kelurahan/desa atau 98 persen di Sumbagsel, dengan jumlah outlet OVOO atau pangkalan LPG 3 kg mencapai 20.421 unit.

Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan menyebut program konversi BBG salah satu kebijakan energi nasional dalam rangka mendukung ketahanan energi serta penyediaan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. “Program ini merupakan amanat Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2019 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG 3 Kg untuk kapal penangkap ikan bagi nelayan sasaran dan mesin pompa air bagi petani sasaran,” ungkapnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan