RI Menjadi Favorit Tujuan Investasi
--
Kucuran Merata di Seluruh Indonesia
PALEMBANG - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan sejumlah alasan Indonesia menjadi negara favorit tujuan investasi.
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia mengatakan realisasi investasi di Indonesia saat ini tak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa semata, tetapi sudah merata di seluruh wilayah di Indonesia.
Data Kementerian Investasi menyebutkan dari total realisasi investasi kuartal I 2023 sebesar Rp328,9 triliun, sebaran realisasi investasi di luar Pulau Jawa mendominasi Rp172,9 triliun atau 52,6 persen.
Angka itu meningkat 16,3 persen year on year (yoy) dari periode sama pada 2022. Sementara realisasi investasi di Jawa pada periode tersebut tercatat Rp156 triliun atau sebesar 47,4 persen dari total capaian realisasi investasi. Angka tersebut juga tercatat tumbuh 16,7 persen (yoy).
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mengatakan dalam konteks investasi dari negara-negara seperti Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Amerika Serikat, ketegangan geopolitik global tidak memiliki pengaruh yang besar, apalagi Indonesia sejauh ini masih tetap aman dan tidak terlibat dalam geopolitik dunia.
"Kita termasuk favorit bagi mereka, tetapi dampaknya tidak terlalu signifikan kecuali jika kita terlibat langsung dalam konflik," kata Ahmad Tauhid.
Menurutnya, sikap positif terhadap Indonesia sebagai negara besar seharusnya dapat mendatangkan investasi terbaik, meski Indonesia masih berada di bawah Singapura yang merupakan salah satu negara dengan investasi tertinggi di kawasan Asean.
"Singapura memang banyak dijadikan tempat investasi, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa investasi beralih ke Indonesia, terutama melalui Singapura.
Kita harus terus memperbaiki iklim investasi, mengurangi beban biaya investasi, dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang besar," ucapnya.
Dalam pandangannya, ada beberapa langkah kunci yang harus diambil Menteri Bahlil. Yakni pertama terus memperbaiki iklim investasi dengan mengurangi beban biaya investasi, karena ukuran ekonomi Indonesia yang besar, karena membutuhkan investasi yang proporsional.
“Kedua kita perlu meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk peningkatan produktivitas secara keseluruhan. Dan yang ketiga, upaya yang lebih besar dalam riset dan pengembangan di sektor industri untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang," jelasnya.
Artinya dengan langkah-langkah tersebut, Ahmad berharap Indonesia dapat tetap menjadi destinasi investasi yang menarik, terlepas dari dinamika geopolitik global yang sedang berlangsung.
Pengamat Kebijakan Publik, Riko Noviantoro mengakui bahwa meningkatnya investasi di Indonesia ini tak lepas dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.