https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Berawal dari ”Kotoran”, Berakhir ke Tanah Suci

SELFIE : Pengunjung selfie di Danau Shuji, Desa Lembak. Kehadiran destinasi wisata ini turut memberikan penghasilan utama bagi masyarakat sekitar. -Foto : DIAN/SUMEKS -

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID  - Dua pedagang makanan dan minuman yang mengisi salah satu kios di Danau Shuji sibuk membuat es pesanan pengunjung, Selasa (10/10) siang. Tangan Uminah (54) lincah menakar air dan batu es di cangkir plastik bening dan memasukkannya ke blender. "Rasa coklat yang ini kan," tanya Uminah sambil memegang bungkus minuman yang digantung di tali rapiah di dinding tokonya.

"Sepertinya hari ini ramai lagi, tidak sia-sia kita cepat buka toko sepulang nampas karet tadi pak," bisik Uminah kepada suaminya, Waltoni (55) yang sedang memukul es batu karena ada tambahan pesanan es lagi.

Keduanya mengaku, kehadiran Danau Shuji merupakan energi baru bagi warga Desa Lembak dan keluarganya karena bisa menambah penghasilan keluarga. Terlebih, saat harga karet down. Berjualan di Danau Shuji kadang kala menjadi penghasilan utama untuk menyambung hidup. "Alhamdulillah sudah jarang mengeluh karena kondisi keuangan," sebutnya.

Tak sekadar berjualan di pondok gratis yang telah disiapkan pengelola, banyak ilmu yang didapat dari Danau Shuji. "Dari sampah yang kotor saja ternyata kami bisa dapat uang. Jadi bekas makanan dan minuman pengunjung, kami kumpulkan dan kami olah lagi. Istilah di sini, sampah jadi berkah. Bahkan, kotoran manusia juga dijadikan pupuk di sini," lanjutnya.

Menjelang Zuhur, Armansyah datang menggunakan sepeda motornya. Pria yang sudah berumur itu terburu-buru masuk ke dalam musala di dekat parkiran. Tak lama kemudian, berkumandang suara azan. "Selain menyadap karet, saya jadi marbot di sini. Setiap kali jadwal salat, saya selalu sempatkan azan dan menjadi imam salat di sini," sebutnya dibincangi usai salat.

Siapa sangka, tiga tahun menekuni profesinya sebagai marbot Musala Danau Shuji, pria yang kerap disapa kakek karena usianya tak lagi muda, berangkat ke tanah suci Mekah untuk menunaikan ibadah umrah. "Tidak menyangka bisa pergi ke tanah suci dari Danau Shuji, yang dulunya hanya tempat masyarakat buang sampah. Semoga membawa keberkahan untuk kami dan Danau Shuji," ujarnya dengan mata sedikit berlinang.

"Berawal dari kotoran bisa berakhir ke Tanah Suci," celetuk Silvia Alviani (24), sekretaris Mbak Dewi Suji. Perempuan berkerudung yang tinggal di Desa Lembak itu, tak sempat menjadi pengangguran setelah tamat kuliah. Bahkan, dia telah menjadi sekretaris Danau Shuji sambil kuliah. 

"Waktu awal-awal Covid dulu, tahun 2020 kami kuliah daring, diajak Kak Bob (pimpinan Danau Shuji) jadi sekretaris disini sekaligus admin medsos danau Shuji," terangnya mengaku Danau Shuji dikenal dengan istilah Mbak Dewi Suji (Lembak Desa Wisata Danau Shuji).

"Ilmunya dapat, hiburannya dapat, tentunya uangnya juga dapat," lanjutnya sumringah. Gadis hitam manis yang baru menamatkan kuliah jurusan Tarbiyah Fisika UIN Raden Fatah Palembang tahun 2023 itu pun berhasil meraih reward pergi ke Tanah Suci Mekah dan Madinah. "Tak menyangka sama sekali, bisa umrah di usia muda, bersama keluarga dari Danau Shuji," tuturnya bangga. Momen itu tak pernah bisa dilupakan seumur hidup.

Dengan piawai, gadis asli Desa Lembak itu bercerita sudah ada 16 orang diberangkatkan umrah dari Danau Shuji. Di tahun 2021 dan sisanya menyusul September 2023, ada 12 orang petugas Danau Shuji diberangkatkan umrah termasuk dirinya. "Semuanya berasal dari kas Danau Shuji," lanjutnya.

Tak hanya sekadar tempat wisata, bahkan dengan bantuan Pertamina juga memberi energi kepada pekerja Danau Shuji dan masyarakat Lembak untuk mengelola kotoran manusia menjadi pupuk, inovasi teranyar dari Danau Shuji. "Lagi-lagi tentang kotoran, tapi memberikan kami energi positif," sambungnya mengaku ada Bio Toilet yang baru dibangun tahun ini (2023, red) yang mana saat ini masih tahap implementasi.

Sejak adanya Danau Shuji, banyak pemuda pemudi dan warga Desa Lembak terbantu. Perhari bisa 300 pengunjung yang datang dan 500-700 pengunjung di hari libur. Semenjak ada Pertamina yang menambah banyak wahana baru dan berbagai inovasi baru, pengunjung reguler meningkat menjadi 350 orang dan 500-800 orang di hari libur. 

Berbeda kalau hari libur nasional bisa mencapai ribuan pengunjung perhari. Tahun baru 1 Januari 2023, Danau Shuji kedatangan 3 ribu pengunjung sehari. Hanya saja, di musim kemarau terjadi penurunan pengunjung dan air di Danau Shuji sedikit mengering. Untuk tiket pengunjung Rp5 ribu di hari biasa Senin-Minggu dan Rp10 ribu di hari libur nasional. "Dari sana, kami bisa menggaji karyawan dan bisa menambahkan kas Danau Shuji, salah-satunya memberangkatkan karyawan umrah," tutur Bob Permana, pengelola Danau Shuji.

Pria yang disebut-sebut Panglima Lembak itu menjelaskan keberadaan Danau Shuji apalagi semenjak mendapatkan bantuan CSR Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Prabumulih Field telah banyak memberikan sumbangsih kepada warga Desa Lembak.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan