Kesulitan Air, Terancam Gagal Panen
Editor: Widhy Sumeks
|
Minggu , 08 Oct 2023 - 19:30
*Nasib Petani saat Kemarau
SUMSEL – Salah satu dampak musim kemarau yakni tanaman jenis holtikultura yang ditanam petani menjadi tidak subur. "Betul Pak musim kemarau ini sangat terdampak tanaman," kata Kades Pandan Dulang, Mersiegenom, kemarin (8/10). Disebutnya, petani kesulitan mendapatkan air untuk sumber air bagi tanaman sayur mayur. Karena tanaman sayur juga membutuhkan cukup air dan perlu ada sumber air untuk bisa tumbuh . Karena tanaman sayur mayur butuh disiram secara teratur. Kalau tidak tanah kering dan tanaman bisa terancam mati. Untuk air yang dipakai untuk menyiram tanaman sayur kondisinya sudah jauh menurun. Untuk menyalurkannya juga perlu disedot. "Sudah kecil untuk sumber air untuk tanaman," ujarnya. Kesulitan juga dirasakan petani di Desa Pusar. Wakil Ketua Kelompok Tani Desa Pusar Dores mengatakan, untuk musim kemarau ini memang dirasakan kendala air untuk tanaman. Salah satunya butuh saluran pipa dan selang untuk menyalurkan air ke kebun tanaman sayur. Karena ini tidak ada, air dari sungai diangkut dan ditampung. Selanjutnya tanaman disiram secara manual. Karena kalau tidak disiram tanaman akan mati. Sedangkan sayuran yang ditanam dan membutuhkan kata dia, cukup banyak. Seperti Selada, Sawi, caisin, bayam, timun, kacang panjang. Sementara itu, di OKU Timur kekeringan sawah membuat petani dihantui gagal panen. Salah satu petani di wilayah Kecamatan Semendawai Suku III, Kabupaten OKU Timur, Ratno."Yang jelas petani di wilayah Semendawai Suku III ini sebagaian terlanjur tanam padi. Tapi air irigasi tidak sampai akibat kemarau," kata Ratno, Minggu 8 Oktober 2023.Menurutnya, keluhan tersebut bukan hanya bagi petani padi, tapi juga dirasakan petani palawija. Para petani sebagian terpaksa menyedot sumur bor dengan mesin pompa air. "Tapi dengan menyedo sumur bor tidak bisa bertahan lama, karena 3 hari sekali harus nyedot air. Biaya juga lumayan mahal," keluh warga Desa Sukamulya, Kecamatan Semendawai Suku III ini. Meski begitu, soal rencana pemerintah ingin import beras dari Cina, Ratno justru tidak setuju dan merasa kecewa. Seharusnya pemerintah membantu petani dalam hal tetap bisa panen meski musim kemarau. Menurutnya masih banyak petani yang masih menanam padi meskipun sedang musim kemarau panjang yang membuat sawah kering. "Berita pemerintah akan impor beras ini sama saja merusak semangat petani. Karena dengan adanya impor beras ini dapat membuat harga beras turun di tingkat petani," ungkapnya. Selain itu, saat ini seharusnya pemerintah itu memberikan bantuan atau solusi, agar sawah para petani tidak kering dan bisa panen dengan hasil yang maksimal.
"Ya kenapa harus impor mas, apakah beras yang ada di Indonesia ini kurang? Pemerintah seharusnya menyerap beras yang ada di petani, apalagi kan Provinsi Sumsel ini salah satu provinsi penghasil beras terbesar. Jadi sebaiknya pemerintah pusat melakukan penyerapan beras ke petani," katanya.Senada Agus, petani padi di Kecamatan Martapura, para petani khawatir dengan adanya impor beras ini. Padahal swasembada pangan jadi kenapa harus impor. "Karena nanti akan membuat harga gabah dan beras ketika panen menjadi anjlok. Sehingga membuat para petani merugi," ucapnya. Pemerintah ini diharapkan juga memberikan asuransi kepada petani jika terjadi kemungkinan gagal panen. Selain itu, juga menyampaikan, supaya pemerintah bisa lebih mendukung para petani padi dengan lebih mengutamakan menyerap hasil produksi gabah. (bis/lid)