Sapta Pesona Keindahan Taman,  Keasrian Danau Legenda 

*Destinasi Wisata Danau Rayo

MURATARA – Memiliki lahan seluas 100 hektare, kelompok Desa Wisata (Pokdarwis) Sungai Jernih beranggota 25 orang berhasil menyulap hutan menjadi destinasi wisata Danau Rayo. Melalui kelembagaan tersebut, Ketua pokdawis Muhammad Rusli mengatakan, Danau Rayo berdiri sejak tahun 2020 yang kini telah memiliki homestay sendiri. “Alhamdulillah, secara bertahap destinasi ini berkembang dengan baik. Dan, kini telah memiliki homestay sendiri,”  katanya. Diakuinya, destinasi ini digandrungi kawula muda baik itu lokal maupun luar Sumsel. Pasalnya, setiap tahun digelar festival Danau Rayo. Danau rayo, lanjutnya, juga menyajikan atraksi wisata berupa pemandangan danau yang berada di tengah hutan yang masih alami. Air danau tersebut tergolong jernih dan menjadi tempat tinggal berbagai jenis ikan seperti ikan koi, ikan buntal, dan ikan tawar lainnya.
“Di sekeliling danau rayo tumbuh berbagai tanaman seperti pisang, cengkeh, karet, kelapa serta beraneka macam palawija. Keunikan lainnya yang ada di danau rayo adalah ditemukannya pohon yang berbuah dari batang sampai ke tanah,” jelasnya.
Ia juga mengatakan kalau Danau Rayo berada paling dekat dengan Kantor Pemkab Muratara. S elain memiliki taman, wisata alam tersebut memiliki daya tarik pengunjung yang didukung dengan suasana tenang, sejuk  dan romantis. “Kami juga menyediakan kriya atau sovenir bagi pengujung yang datang ke lokasi ini,” tuturnya. Kepala Desa Sungai Jernih Yutami menambahkan Danau Rayo miliki dua desa yakni Sungai Jernih dan Desa Karang Anyar. “Desa kami berbatasan dengan Rantau Kadam, Lubuk Rumbai, Karang Anyar dan Desa Pantai,” jelasnya. Untuk menuju ke Danau Rayo dari pusat pemerintah sekitar 7 km. Dahulunya, Danau Rayo merupakan cerita legenda Bujang Kurap yang konon merupakan keturunan Si pahit Lidah. Dimana akibat kesombongan warga setempat tenggelam dan menjadi danau.
“Bujang Kurap membuat sayembara dengan menancapkan batang lidi di tengah lapangan. Jika ada penduduk desa yang mampu mencabut batang lidi itu, Bujang Kurap akan pergi dari desa itu,” ceritanya.
Sayangnya, tak satu pun penduduk desa yang mampu dan hanya Bujang Kurap yang mampu mencabutnya. “Setelah lidi dicabut, air terus menerus keluar dengan deras dari tanah dan menenggelamkan desa tersebut hingga membentuk Danau Rayo,” paparnya. Ia juga mengatakan meski musim kemarau, namun air Danau Rayo tak pernah surut. Sekdis Pariwisata Muratara, Fadillah SE mengatakan, dalam waktu dekat akan digelar Festival Danau Rayo. “Insyaallah, 7-10 Agustus mendatang kembali digelar festival tersebut untuk ke-4 kalinya dengan mendatangkan Gubernur Sumsel. Karena bakal digelar lomba perahu dayung,” tuturnya. Barlin Akbar mewakili tim juri Anugerah Pesona Desa wisata Sumsel mengatakan, tim sudah mengecek langsung lokasi dan menyeberangi Danau Rayo tersebut. “Soal penilaian kami serahkan ke tim juri. Sehingga apa yang sudah di survei akan menjadi pembahasan dewan juri nanti,”  katanya. (irf/lia)    

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan