https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Penanaman Masih Tradisional, saat Panen Gunakan Combine

Ali Antoni, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Kayuagung, OKI

Setiap harinya Ali Antoni selalu terjun ke lahan pertanian. Tak hanya persawahan tapi juga perkebunan. Tugasnya sebagai Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Kayuagung yang menuntutnya selalu mendampingi petani. KHOIRUNNISAK -OKI MEMANTAU perkembangan tanaman padi milik petani sudah menjadi tugasnya. Setiap hari, Ali Antoni harus terjun ke lapangan. Jika ada masalah dengan tanaman petani langkah cepat pun harus dilakukannya. Memang, pria berusia 41 tahun ini sudah lama bergelut di bidang pertanian. Apalagi saat ini, dirinya bertugas sebagai Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Kayuagung. Luas lebak yang ada sekitar 4.615 hektare. Lebak ini memiliki 3 tipe, pematang, tengah dan dalam. ‘’Saat ini sedang dilakukan penanaman padi di Lebak Dalam,’’ ujar alumni S2 Magister Agrobisnis Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Meski sekarang tengah musim kemarau tapi di lebak dalam memang melakukan penanaman. Karena air di lebak dalam mulai surut. Hama yang menyerang padi tetap ada. Seperti keong emas, kepi dan welang sengi. Hanya saja masih di ambang batas.
‘’Kalaupun mulai terjadi serangan kita akan langsung berkoordinasi dengan petugas POPT,’’ ujarnya.
Sejauh ini tidak ada yang mengalami gagal panen ataupun tanam. Karena antisipasi dini dilakukan sehingga panen tetap bisa dilaksanakan petani. Di lahan lebak, tak hanya satu kali tanam tetapi ada juga yang tiga kali tanam dalam setahun. Seperti di Kelurahan Tanjung Rancing dan Desa Celikah. Hanya saja tidak luas seperti tiga kali tanam itu ada sekitar 1-3 hektare saja sebagai lahan percontohan. Mengantisipasi terjadinya kekeringan sawah seperti di Lebak Pematang dan Lebak Tengah itu dibangun sumur bor. Keberadaan sumur bor ini untuk membantu petani agar sawah selalu mendapatkan air. Melihat perkembangan padi biasanya petugas dari PPEP setiap hari mengirimkan laporan harian dan selalu ditunggu hingga pukul 16.00 WIB.
‘’Kita juga menganjurkan petani untuk menggunakan pupuk organik meski sebagian sudah menggunakannya.  Karena sawah lebak pasti terendam, nah secara tidak langsung ada pencucian tanah baru yang membuat lahan menjadi subur,’’ katanya.
Sementara itu, untuk memaksimalkan hasil dilakukan tahap sosialisasi, blusukan langsung ke petani. Seperti demo pembuatan Biosaka. Pada dasarnya petani tertarik untuk membuat Biosaka hanya mereka terkendala alat ukur kandungan yang ada di dalam Biosaka. Karena ini harus diukur agar bisa digunakan dengan baik. Di sini untuk melakukan tanam masih menggunakan cara tradisional. Menggunakan tenaga manusia. Karena lahan lebak memiliki ketinggian air berbeda. Tapi jika panen, petani menggunakan combine dengan menyewa ke kelompok tani di kecamatan lainnya. Tak hanya itu saja, ia juga terus mendukung petani dengan membantu mengusulkan pengadaan power thresher multiguna untuk padi. Beberapa waktu lalu juga petani mendapat bantuan bibit dari provinsi untuk 10 desa dan sudah mereka tanam.
Dia mengatakan, di masa mendatang, jumlah manusia akan semakin banyak sementara SDA makin sedikit. ‘’Manusia tetap butuh makan dan  kebutuhan akan pangan itu makin tetap dan akan makin besar. Untuk itu pangan harus tetap tersedia,’’ ujarnya.
Menjadi tugas bersama untuk mewujudkan pertumbuhan produksi pangan.Bangun sistem supaya petani bisa ada penghasilan tiap bulannya. ‘’Pendekkan rantai distribusi dan pengangkutan. Petani mendapat jaminan bibit unggul, sarana produksi dan kepastian harga jual. Mari kita saling merangkul bersama petani dengan konsep korporasi petani. Dengan niat dan semangat, tekad kita bersama dapat mewujudkannya,’’ ujarnya. (*/)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan