Pandangan Bos Bank Sumsel Babel Soal Ekonomi 2023, Jaga Kualitas Penyaluran Kredit
PALEMBANG - Ada banyak pandangan mengenai ekonomi 2023. Termasuk adanya kepercayaan terkait ancaman resesi. Nah, perbankan juga tentunya harus antisipasi. Mereka perlu melakukan mitigasi risiko. Sebab, resesi bisa membuat timbulnya kredit bermasalah atau macet (non-performing loan/NPL).
Direktur Utama Bank Sumsel Babel, Achmad Syamsudin, mengakui memang ada ancaman resesi global pada tahun depna. Untuk itulah, Bank Sumsel Babel mulai berupaya menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Karena dampak ke bank biasanya terjadi kepada kepada rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dan likuiditas.
“Yang perlu dikhawatirkan saat ini NPL, makanya kami terus jaga ini. Begitu pula likuiditas juga harus disiapkan,” kata Syamsudin. Saat ini, kinerja kredit Bank Sumsel Babel masih berada dalam tren positif. Baca juga : Bahas Pangan, Nyerempet 2024
Menurut Syamsudin ada di angk 3 persen (gross). Itu artinya masih dibawah ambang batas NPL perbankan yang ditetapkan sebesar 5 persen. Namun, Bank Sumsel Babel tak mau berpuas begitu saja. Bank Pembangunan Daerah (BPD) ini tetap berupaya memperkuat manajemen risiko. Seperti dengan membuat stress test terkait kredit maupun likuiditas.
Selain itu, butuh juga peran dari pemerintah. Jika terjadi resesi perlu ada relaksasi kredit. Terutama bagi Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM). Seperti adanya subsidi suku bunga kredit usaha rakyat (KUR). “Jadi, saat melakukan peminjaman, mereka bisa mendapatkan bunga rendah,” ujarnya. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumsel, Per Triwulan II 2022. Penyaluran kredit bank mengalami peningkatan menjadi sebesar 4,85% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 4,04% (yoy). Baca juga : Pandangan Kurmin Halim Mengenai Ekonomi 2023, Sektor Bisnis Akan Membaik
“Sejalan dengan itu, jika ditinjau berdasarkan lokasi proyeknya penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 10,06% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,23% (yoy),” kata Kepala BI Perwakilan Sumsel, Erwin Soeriadimadja melalui laporan resminya kepada media.
Peningkatan ini utamanya didorong oleh adanya peningkatan pada penyaluran kredit produktif seiring dengan meningkatnya jumlah pengusaha baru di Sumsel sebagai dampak dari pesatnya tren berjualan secara online.
Sejalan dengan peningkatan yang terjadi pada kredit dan DPK, tingkat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) perbankan Sumsel juga mengalami peningkatan baik jika ditinjau berdasarkan lokasi proyeknya maupun berdasarkan lokasi bank. Baca juga : Pandangan Elysa Thamrin Mengenai Ekonomi 2023, Harus Lebih Hati-Hati
Pada triwulan II 2022, perkembangan LDR Sumsel berdasarkan lokasi proyek tercatat sebesar 134,67% atau mengalami penurunan sebesar -0,46% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski demikian, BI menegaskan jika perbankan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kreditnya. Hal ini tercermin dari kondisi non-performing loan (NPL) yang tercatat membaik pada triwulan II 2022 menjadi sebesar 5,10% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,44%,
Katanya, dalam menjaga nilai NPL tetap rendah, pihak perbankan terus melakukan upaya perbaikan kualitas kredit. “Di antaranya dengan tetap mengingatkan dan melakukan penagihan secara rutin kepada pihak nasabah, serta penjualan jaminan melalui lelang resmi yang diumumkan pada media sosial maupun media cetak,” pungkasnya. (yun/rip)