https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Pertahankan Bercocok Tanam Tradisional, Masih Gunakan Pupuk Anorganik 

*Yusmar SP, Koordinator Penyuluh Pertanian di Kecamatan Pampangan, OKI

Sudah 17 tahun Yusmar SP menjadi  Koordinator Penyuluh Pertanian di Kecamatan Pampangan tepatnya di Desa Kandis. Banyak suka dan duka yang dilalui dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Tugasnya mengharuskannya selalu berada dekat dengan para petani. SELAMA 17 tahun bertugas di bidang pertanian, Yusmar SP sudah dua kali berpindah tempat tugas. Sebelum bertugas di Desa Kandis Kecamatan Pampangan, Yusmar pernah bertugas di Tulung Selapan. Dia bertugas selama dua tahun. Lalu, Yusmar bertugas di Pambangan. Sampai sekarang tetap di Kecamatan Pampangan. Kalau di Pampangan itu satu kali tanam untuk lahan persawahan. Karena daerah lebak  dengan luas sekitar 10 ribu hamparan sawah. Tapi yang ditanam sekitar 9.000 hektare. Dia mengatakan, jika musim kemarau yang terjadi saat ini tidak berpengaruh. Karena di sini petani menyiram menggunakan pompa air. Lokasi persawahan dekat dengan sungai. Hanya berjarak 700 meter, masih bisa dijangkau. Pompanisasi ada di kelompok tani. Ada juga sebagian milik petani karena mereka banyak mendapat bantuan . Alatnya disimpan kepada 167 kelompok. ‘’Kalau butuh langsung bisa dipinjam,"imbuhnya. Awalnya  pria asli Kecamatan Sirah Pulau Padang,  tertarik karena dulu sekolah pertanian di  Indralaya Ogan Ilir. Pengalaman yang tidak pernah terlupakan baginya semua yang dilakukan menarik. Dia mengatakan, petani di sini tidak menggunakan alat pertanian modern dan mau menerapkan ilmu baru dalam dunia pertanian.
‘’Karena kan daerahnya beda. Di sini terbagi tiga  wilayah ada pematang tengah dan dalam. Jadi mengolah tanah itu berbeda-beda caranya,’’ ujarnya.
Petani masih menggunakan cara lama. Mereka menggunakan tenaga kerbau atau sapi untuk membajak sawah. "Soal hasil produksi bagus masih banyak didapat tiap tahun tergantung perawatan,"bebernya. Kemudian kalau tepat waktu dalam bertanam maka hasilnya bisa lebih baik. Tapi jika tidak tepat waktu bisa diserang hama seperti tikus. Sehingga ada padi yang bisa dipanen ada yang tidak bisa lagi dipanen. Petani tetap mempertahankan cara tradisional tapi untuk pupuk mereka masih banyak menggunakan pupuk non-organik dibandingkan organik. ‘’Memang ada yang menggunakan pupuk organik tapi masih sedikit,’’ katanya. Selain sebagai koordinator penyuluh, dia biasa membantu petani untuk membuat proposal pengajuan bantuan alsintan, bibit dan lainnya. ‘’Seperti beberapa waktu lalu petani di sini mendapatkan bantuan benih padi untuk Pampangan dapat 545 hektare,’’ ujarnya. (*/)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan