Guru Masuk Keranjang Belanja

*Rekrutmen Tergantung Sekolah

*Ide Mendikbudristek Atasi Kekurangan Pendidik

SUMSEL – Tujuannya bagus. Untuk menuntaskan kekurangan guru di Indonesia. Tapi, program keranjang belanja guru (Marketplace Guru), ide Mendikbudristek menuai pro-kontra. Ada yang berpendapat sistem ini merendahkan martabat guru. Tapi ada pula yang menilai ini langkah maju. Karena ada keterbukaan dan kemudahan bagi sekolah memenuhi kebutuhan pendidik. Di jagat maya, berseliweran komentar terkait ini. Misalnya dari akun Twitter @P2G_ID.
“Sebentar lagi, guru bisa dimasukkan ke keranjang belanja.” Ada juga cuitan akun ini
Sabtu lalu “Apakah layak guru dijadikan komoditas dalam marketplace.” Para guru di Sumsel juga angkat bicara. Kepala SMA Negeri 18 Palembang, H Heru Supeno SPd MSi mengatakan, Marketplace Guru merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan. “Saya berpendapat ini seperti lamaran kerja gaya baru untuk menjadi guru,”ujarnya, kemarin. Kecil kemungkinan program ini untuk menjawab tantangan guru secara nasional. “Untuk menutupi kekurangan guru tidak hanya dengan menyiapkan gurunya. BACA JUGA : INFO DARI MENDIKBUDRISTEK : Inilah Manfaat dari Marketplace Bagi Guru di Indonesia Tapi perlu dipikirkan lokasi tempat tinggal guru, gaji guru, mutu guru, kebutuhan sekolah dan lainnya,”sambung dia Marketplace Guru hanya akan memunculkan guru-guru terbaik. Memiliki kompetensi yang diharapkan sekolah.
“Guru yang tidak kompeten dengan sendirinya akan terseleksi dan  tidak diminati,” tuturnya.
Dengan adanya Marketplace Guru, maka profesi guru menjadi hal yang menarik perhatian, “Tentu kami yakin Mas Menteri tidak bermaksud menyamakan profesi guru dengan barang dagangan. Ini modal baru dalam perekrutan guru. Dpat membantu guru mendapatkan pekerjaan di sekolah,” bebernya. Husnil Kirom MPd, guru SMP Negeri 1 Indralaya Utara menilai, akan bagis jika tujuan Marketplace Guru ini untuk pemerataan. “Bisa jadi solusi memangkas panjang dan rumitnya birokrasi pemerataan guru di daerah yang terjadi selama ini,” imbuhnya. Tapi ada kekhawatiran lain. “Apa iya guru lulus PPG/Prajabatan mau mengajar di daerah tertentu yang kurang gurunya? Jangan sampai program ini menjadikan profesi guru yang mulia diperjualbelikan layaknya jualan online. cetus dia. Di sisi lain, guru harus meningkatkan kompetensi. Baru bisa masuk Marketplace Guru dan bersaing. “Istilahnya, guru harus laris manis di Marketplace,” katanya. Karena penamaannya Marketplace, kesannya guru ditawarkan seperti dagangan secara online. Padahal jadi guru tidak mudah. Apalagi di era serba digital saat ini.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan