Petani Welcome, Terkadang Pulang Pukul 8 Malam

*Sugeng Novi Sopian SPt, Petugas PPEP  Kecamatan Sanga Desa, Muba

Jika memang sudah menyukai suatu pekerjaan terkadang waktu tak lagi jadi halangan. Apalagi jika situasi dan kondisi sangat mendukung. Inilah yang terjadi pada Sugeng Novi Sopian.

-----------------------------------------

WAKTU tak jadi masalah bagi Sugeng Novi Sopian SPt dalam membimbing dan mendampingi para petani di wilayah binaannya, di Desa Jud I Kecamatan Sanga Desa, Muba.  ‘’Terkadang saya pulang pukul 8 malam karena keasyikan ngobrol bareng petani,’’ ujar Sugeng.

Bahkan, hari Sabtu atau Minggu pun dia sering turun ke lapangan mengecek tanaman padi para petani. ‘’Kalau ada laporan petani soal tanaman, misalnya ada hama atau penyakit yang menyerang, sebagai penyuluh saya harus turun ke lapangan, mengecek dan memberikan solusi pada petani,’’ ujar lulusan Universitas Bandung Raya ini.

Pria yang berusia 31 tahun ini mengatakan, petani di wilayah binaannya sangat welcome. Karenanya dia sangat menikmati pekerjaannya sebagai penyuluh.  ‘’Kita selalu berdiskusi di lapangan soal beragam masalah tanaman, bagaimana cara meningkatkan produksi pertanian, mencegah hama penyakit pada tanaman dan hal -hal lain,’’ ujar ayah dari dua anak ini.

Dikatakan, petani harus terus di-up date soal ilmu pertanian. Karena memang ilmu pertanian selalu berkembang. ‘’Kita ingin agar petani mengetahui cara mencegah agar tanaman tak diserang hama dan penyakit, serta bisa meningkatkan produksi pertanian,’’ ujarnya.

Seperti hama putih palsu. Hama ini menyerang tanaman padi pada usia 10 hingga 14 hari setelah tanam (hst). Nah sebelum hama menyerang tanaman harus ada langkah antisipasi. Yakni dengan melakukan penyemprotan insektisida. ‘’Ini merupakan langkah pengendalian,’’ ujarnya.

Lalu, hama putih palsu ini juga akan menyerang pada tanaman padi usia 20 hingga 25 hst. Karenanya akan dilakukan penyemprotan kedua. ‘’Untuk insektisida biasanya kita mendapat  bantuan dari pemerintah. Petani harus proaktif. Laporkan ke penyuluh jika ada serangan hama atau penyakit, kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu petani,’’ jelasnya.

Lalu, hama tikus yang biasa menyerang padi pada umur 30 hst. Jadi sebelum penyerangan harus dilakukan pengendalian. ‘’Kita imbau agar petani melakukan pengendalian dengan cara  memberikan umpan tikus di lubang-lubang tikus yang ada di sawah. Kita campur umpan dengan klerat atau racun tikus,’’ katanya.

Dengan cara ini, lanjutnya, diharapkan serangan tikus tak menyebabkan kerugian yang besar. ‘’Kita juga meminta agar petani serentak dalam melakukan penanaman, kalau pun tak serentak bisa berjarak seminggu,’’ ujar suami dari  Evi Yuniarti.

Untuk pemupukan, lanjutnya, umumnya masih menggunakan pupuk kimia. Harganya pun cukup mahal karena pupuk non subsidi. ‘’Memang sebagian dapat pupuk subsidi tapi jumlahnya masih kurang,’’ katanya.

Tak hanya memberikan pupuk kimia, petani di sini juga memberikan kohe atau kotoran kambing.  ‘’Warga disini banyak yang beternak kambing, jadi kotoran kambing dikumpulkan dan dijadikan pupuk tambahan untuk tanaman padi,’’ katanya.

Sugeng mengatakan, di Desa Jud I luas lahan persawahan sekitar 152 hektare dengan 150 petani.  Varietas padi yang digunakan diantaranya inpari 32 dan sentani. ‘’Alhamdulillah, selama ini hasil panen cukup memuaskan,’’ ujarnya. (sms/)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan