Dari Balik Jeruji Besi, WBP LPP Kelas IIA Palembang Hasilkan Produk UMKM Beromzet Jutaan Rupiah Berkat Bantuan
TERAMPIL. Dua orang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) LPP Kelas IIA Palembang tengah memanggang roti yang nantinya akan dijual di toko roti yang ada di lingkungan tempatnya menjalani hukuman, kemarin (30/10). Keterampilan ini didapatkan dari pelatihan yan-Foto : evan zumarli/sumeks -
Berkat Bantuan Pertamina Patra Niaga
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Ada suasana yang sedikit berbeda saat kita hendak memasuki ke kawasan Lembaga Permasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas IIA Palembang di Jl Merdeka No 12 Kelurahan 19 Ilir Kecamatan Bukit Kecil.
Persis di depan gerbang masuk Lapas tersebut setiap pengunjung langsung disambut dengan keberadaan Teras Cafe dan Toko Roti Le Panile. Seluruh karyawan kafe dan toko roti tersebut merupakan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) LPP Kelas IIA Palembang.
Mereka ini sebelum akhirnya ditugaskan mengelola kafe dan toko roti tersebut terlebih dulu mendapatkan pelatihan bersama sekaligus bantuan dari Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel.
Tak hanya produk makanan, para WBP LPP Kelas IIA Palembang ini ternyata juga dibekali dengan keahlian untuk menenun Songket dan Kain Jumputan khas Palembang, tak bisa dipandang sebelah mata, omzet yang dihasilkan untuk usaha yang dilakukan oleh para WBP di LPP Klas IIA Palembang ini sangat menjanjikan.

ELEGAN. Sejumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) LPP Kelas IIA Palembang tampil elegan saat mengenakan busana hasil karya mereka, kemarin (30/10)- Foto: evan/sumeks-
Untuk roti yang dijual di toko Roti Le Panile dalanseharj busa memproduksi antara 40 hingga 80 bungkus roti dengan omzet rata-rata berkisar antara Rp3 juta hingga Rp5 juta perbulannya.
BACA JUGA:Pinjaman Modal Syariah 2025: Akses Dana Halal untuk UMKM, Bebas Riba dan Diawasi OJK
Sedangkan, untuk kain Jumputan dan kain Songket keuntungan yang dihasilkan bervariasi antar Rp1 juta hingga Rp3 juta perbulannya.
"Untuk menghasilkan satu stel kain songket dibutuhkan waktu lebih kurang satu bulan lamanya. Sedangkan untuk kain Jumputan waktu pengerjaannya di kisaran satu mingguan," ucap R (35), salah seorang WBP didampingi Kepala LPP Kelas IIA Palembang, Desi Andriyani beberapa waktu lalu.
R lantas sedikit menguraikan untuk pembuatan Jumputan yang dimulai dari membuat pola. Setelah itu dilanjutkan dengan mengikat kain, membuat pewarnaan dengan cara kain direndam menggunakan pewarna organik dan dijemur.
Setelah kering, proses selanjutnya kain Jumputan setengah jadi itu dimasukan ke dalam bilik ruangan yang akhirnya disulap menjadi menjadi sebuah Kain Jumputan yang sangat indah.
Sementara itu, Kepala LPP Kelas IIA Palembang, Desi Andriyani yang ditemui di sela-sela acara bersama Pertamina Patra Niaga yang melakukan launching Website Sentra Industri Cipta Karya Warga Binaan Terampil Inovatif dan Kreatif (SICANTIK) untuk mengenalkan Produk Karya Warga Binaan Mendunia.
“Website Sentra Industri SICANTIK merupakan momentum penting bagi kami untuk memperkenalkan hasil pembinaan warga binaan kepada publik secara lebih luas sekaligus menunjukkan di balik keterbatasn, masih ada potensi besar yang bisa digali dan dikembangkan menjadi karya yang bernilai ekonomi, social, dan moral,” ucapnya.
