Beberapa Mitos Palembang Lama yang Masih Bertahan, Jejak Mistis dan Warisan Kepercayaan Leluhur
Kisah mistis khas Palembang — seekor buaya putih muncul dari Sungai Musi di bawah sinar bulan purnama, sementara keris pusaka bercahaya emas berdiri di tepi air, menggambarkan perpaduan legenda spiritual dan budaya leluhur wong Palembang. Foto:Ilustrasi--
SUMATERAEKSPRES.ID – Di balik gemerlap Sungai Musi dan sejarah panjang Kerajaan Sriwijaya, Kota Palembang menyimpan warisan budaya tak kasat mata yang hidup dalam keyakinan masyarakatnya.
Mitos-mitos yang berkembang sejak masa lampau bukan sekadar cerita rakyat, tetapi juga refleksi nilai spiritual, sosial, dan filosofi hidup yang diwariskan turun-temurun.
A. Sungai Musi: Antara Arus Ekonomi dan Arus Gaib
Sungai Musi tidak hanya menjadi denyut nadi perekonomian, tetapi juga dipercaya sebagai poros spiritual yang menghubungkan dunia manusia dan alam gaib.
BACA JUGA:Bupati Muba Tinjau Lokasi Kebakaran di Sekayu, Janjikan Bantuan Pembangunan Rumah Warga
BACA JUGA:Ada Sekolah Garuda, Guru Harap Anak Tidak Mampu Juga Bisa Kuliah di Luar Negeri
1. Buaya Putih Penjaga Sungai
Dalam kepercayaan lama, buaya putih dianggap sebagai penjaga keseimbangan alam.
Penampakannya sering dikaitkan dengan tanda-tanda besar, seperti datangnya banjir, perubahan pemerintahan, atau peristiwa penting lainnya.
Konon, hanya orang berhati bersih atau mereka yang memiliki garis keturunan tertentu yang dapat melihatnya.
Sebelum melaut, sebagian nelayan masih melakukan ritual tabur bunga tujuh rupa di Sungai Musi sebagai bentuk penghormatan kepada sang penjaga.
BACA JUGA:Mimpi Mulia Siswi Sekolah Garuda, Bangun Sekolah di Daerah Tertinggal
BACA JUGA:Pembangunan Sekolah Garuda di Konawe Bawa Harapan Baru bagi Warga Sekitar
2. Naga Musi, Penjaga Warisan Sriwijaya
Legenda Naga Musi menyebut makhluk ini sebagai penjaga harta dan kejayaan Palembang. Ia konon muncul dalam mimpi tetua adat ketika bahaya besar mengancam kota.
Beberapa nelayan mengaku mendengar gemuruh misterius dari dasar sungai yang dipercaya sebagai pergerakan sang naga.
Dalam versi lain, naga tersebut adalah jelmaan raja Sriwijaya yang menjaga pusaka agar tak jatuh ke tangan yang salah.
