Ini 10 Pekerjaan yang Tetap Aman dari Gempuran AI, Profesi yang Masih Butuh Sentuhan Manusia Tak Tergantikan!

Reporter: Irwansyah |

Editor: Irwansyah |

Minggu , 03 Aug 2025 - 23:15

Tak Semua Bisa Digantikan Robot! Di tengah badai AI, 10 pekerjaan ini tetap bertahan karena sentuhan manusianya tak tergantikan. Foto:Illustrasi--

9. Insinyur Kapal – Terlibat langsung dengan sistem mesin kompleks dan lingkungan ekstrem.

10. Tukang Reparasi dan Ganti Ban – Pekerjaan manual dengan variasi kondisi di lapangan.

Masa Depan Masih Di Tangan Manusia

Meski AI terus berkembang dan menyusup ke berbagai sektor, kenyataannya masih banyak pekerjaan yang belum tergantikan.

Faktor seperti keunikan fisik, kebutuhan empati, hingga keragaman lingkungan kerja menjadikan manusia tetap menjadi elemen utama dalam rantai produksi dan pelayanan.

Sementara sebagian pekerjaan kerah putih akan terdampak, sektor yang mengandalkan tangan, hati, dan keahlian lapangan masih relatif aman dari gelombang automasi.

Namun demikian, adaptasi dan pembelajaran berkelanjutan tetap menjadi kunci agar manusia tidak hanya bertahan, tapi juga unggul di era digital ini.

ini 10 pekerjaan yang tetap aman dari gempuran ai, profesi yang masih butuh sentuhan manusia tak tergantikan!                            sumateraekspres.id – dalam dunia yang terus berlari menuju era digital, kemajuan teknologi—terutama artificial intelligence (ai)—menjadi pedang bermata dua.
di satu sisi, ai memberikan kemudahan dan efisiensi, namun di sisi lain, ia juga menjadi ancaman nyata bagi sejumlah profesi. pekerjaan yang dulu dianggap aman kini mulai terancam tergantikan oleh algoritma cerdas.
sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh raksasa teknologi microsoft menyoroti potensi dampak ai terhadap berbagai bidang pekerjaan.
dalam laporan bertajuk "implikasi pekerjaan dari ai generatif", microsoft menganalisis lebih dari 200.000 percakapan anonim antara pengguna di amerika serikat dan bing copilot—chatbot ai milik perusahaan—selama periode januari hingga september 2024.
baca juga:10 jurusan kuliah 2025 paling diburu dunia kerja di era kecerdasan buatan
baca juga:gempuran ai dimulai: profesi dari 12 jurusan kuliah ini terancam punah di era teknologi kecerdasan buatan
ai dominasi tugas kognitif, bukan fisik
temuan utama dalam laporan tersebut menyatakan bahwa pengguna paling sering memanfaatkan ai untuk mengumpulkan informasi, membuat tulisan, serta berkomunikasi dengan orang lain.
artinya, tugas-tugas berbasis kognitif sangat rentan terdampak otomatisasi.
profesi seperti penulis, penerjemah, sejarawan, dan tenaga pemasaran berada dalam zona risiko tinggi.
“ai seringkali berperan sebagai pelatih, penasihat, atau guru yang menjelaskan informasi kepada pengguna,” tulis para peneliti.
hal ini memperjelas bahwa ai unggul dalam peran pendampingan intelektual, namun masih jauh dari sempurna dalam ranah pekerjaan fisik.
baca juga:tak lagi relevan? 11 jurusan kuliah yang terancam oleh kecerdasan buatan 
baca juga:strategi mahasiswa menavigasi era ai: ini keterampilan krusial yang tak bisa ditiru kecerdasan buatan
sebaliknya, pekerjaan yang mengandalkan keahlian tangan, kekuatan fisik, atau interaksi manusia secara langsung justru menunjukkan tingkat eksposur rendah terhadap ai.
mereka jarang memerlukan bantuan chatbot untuk menyelesaikan tugasnya.
oleh karena itu, profesi seperti tukang ledeng, pekerja bangunan, hingga tenaga medis tertentu diprediksi akan tetap aman—setidaknya untuk waktu yang cukup lama.
ravin jesuthasan, pakar masa depan pekerjaan, menegaskan bahwa perubahan besar justru terjadi di sektor pekerjaan kerah putih.
“premium keterampilan di bidang itu menyusut drastis karena digantikan oleh ai,” ujarnya dalam wawancara dengan cnbc make it.
ia menambahkan bahwa reskilling dan upskilling harus dilakukan secara masif dan cepat untuk menjaga daya saing manusia.
baca juga:ai bukan musuh: inilah 12 jurusan paling dicari di era kecerdasan buatan
baca juga:ai bukan ancaman, tapi peluang: 7 jurusan kuliah ini paling siap jadi 'penunggang' kecerdasan buatan
10 pekerjaan aman dari gempuran ai
berikut adalah daftar 10 pekerjaan yang menurut laporan microsoft memiliki eksposur terendah terhadap ai generatif:
1.    phlebotomist – ahli pengambil darah, sangat bergantung pada keahlian tangan dan interaksi manusia.
2.    asisten perawat – peran empatik dan langsung dengan pasien belum bisa digantikan ai.
3.    pekerja penanganan bahan berbahaya – pekerjaan dengan risiko tinggi dan pengawasan ketat.
4.    pembantu bangunan (pelukis, tukang gips) – butuh keahlian fisik dan kreativitas langsung di lapangan.
5.    pembalsem mayat – tugas yang bersifat ritual dan teknis, tidak cocok untuk ai.
6.    operator pabrik dan sistem – meski dibantu mesin, kontrol manual tetap penting.
7.    ahli bedah mulut dan rahang atas – operasi presisi tinggi yang membutuhkan keterampilan medis langsung.
8.    pemasang dan reparasi kaca otomotif – butuh presisi dan penyesuaian kasus per kasus.
9.    insinyur kapal – terlibat langsung dengan sistem mesin kompleks dan lingkungan ekstrem.
10.    tukang reparasi dan ganti ban – pekerjaan manual dengan variasi kondisi di lapangan.
baca juga:ai mengancam dunia kerja. ini 13 jurusan kuliah yang lulusannya berdampak teknologi kecerdasan buatan 
baca juga:mau jadi ahli kecerdasan buatan? ini deretan tempat belajar ai terbaik di indonesia
masa depan masih di tangan manusia
meski ai terus berkembang dan menyusup ke berbagai sektor, kenyataannya masih banyak pekerjaan yang belum tergantikan.
faktor seperti keunikan fisik, kebutuhan empati, hingga keragaman lingkungan kerja menjadikan manusia tetap menjadi elemen utama dalam rantai produksi dan pelayanan.
sementara sebagian pekerjaan kerah putih akan terdampak, sektor yang mengandalkan tangan, hati, dan keahlian lapangan masih relatif aman dari gelombang automasi.
baca juga:kampus di indonesia yang tawarkan program studi kecerdasan buatan, ini daftarnya!
baca juga:ingin kuasai kecerdasan buatan? ini 8 jurusan kuliah yang tepat dan dijamin aman di masa depan
namun demikian, adaptasi dan pembelajaran berkelanjutan tetap menjadi kunci agar manusia tidak hanya bertahan, tapi juga unggul di era digital ini.