Mengapa Gen Z Pilih Kripto Ketimbang Tanah Warisan? Ini 3 Alasan Psikologis di Baliknya
Bukan sekadar cari untung, Gen Z memilih kripto demi eksistensi, kebebasan finansial, dan pemberontakan terhadap nilai lama. Ini lebih dari investasi—ini pernyataan identitas di era digital. Foto:Illustrasi--
Di tengah stagnasi upah dan tingginya harga properti, kripto tampak seperti jalan pintas menuju impian finansial.
Dari sudut pandang psikologi, ini berkaitan dengan sistem penghargaan dalam otak.
Lonjakan harga aset digital memberi sensasi “dopamin” instan yang sangat memuaskan—lebih cepat dan intens dibandingkan keuntungan jangka panjang dari membeli tanah.
BACA JUGA:Shofwan Hadi Resmi Jabat Karateker Ketua BPD AEKI Sumsel, Siap Sinergi Majukan Kopi Lokal
BACA JUGA:Kronologi 2 Tewas dalam Tabrak Lari Tragis di Jalan Lintas Muara Enim – Prabumulih
3. Penolakan terhadap Nilai Tradisional: Antara Beban dan Pemberontakan
Bagi banyak Gen Z, tanah warisan identik dengan birokrasi rumit, konflik keluarga, dan komitmen jangka panjang.
Konsep memiliki rumah atau tanah juga dinilai terlalu konservatif dan membatasi ruang eksplorasi hidup.
Sebaliknya, kripto menawarkan kebebasan penuh—tak terikat ruang, waktu, atau garis keturunan.
Mereka bisa mengakses, memperdagangkan, dan menyimpan aset dari mana saja.
Ini memberikan rasa kontrol yang lebih besar atas masa depan finansial mereka.
Dalam kerangka psikologi sosial, ini menandakan munculnya individualisme digital.
Gen Z membangun identitas finansial mereka bukan dari properti, melainkan dari risiko, eksperimen, dan eksistensi online.
Mereka lebih menghargai proses belajar, termasuk kemungkinan gagal, ketimbang sekadar mengejar kestabilan yang bersifat warisan.
