Harga Anjlok, Cabai Bubuk Solusinya
PELATIHAN: Tim Pengabdian FP Unsri saat melakukan pelatihan pembuatan cabai bubuk mulai dari pencucian, penghilangan tangkai, pengeringan dengan food dehydrator, penggilingan, hingga teknik pengemasan. -FOTO: IST-
INDRALAYA, SUMATERAEKSPRES.ID – Tim pengabdian Fakultas Pertanian Unsri melakukan kegiatan Diseminasi Pembuatan Cabai Bubuk dan Pengemasannya untuk Peningkatan Nilai Tambah Usaha Kelompok Tani.
Kolaborasi yang dilakukan FP jurusan Teknologi Pertanian dan Agribisnis dilakukan untuk Kelompok Ibu PKK Desa Tanjung Baru yang digelar di Aula Desa Tanjung Baru, Indralaya.
Kegiatan ini diketuai Citra Defira, SSi MSi dengan anggota Onne Akbar Nur Ichsan, STO MSc, Citra Pratiwi Prayitno STP MSc, Jerry Antonio, STP MP, dan.Sos. I.
Kegiatan yang dihadiri Kades Tanjung Baru Budi Harjaya, SSos I ini dilakukan untuk memberikan solusi bagi petani cabai di Desa Tanjung Baru—yang selama ini menghadapi fluktuasi harga, over supply saat panen raya, serta minimnya diversifikasi produk.
Citra Defira mengatakan, Desa Tanjung Baru merupakan salah satu sentra cabai merah. Namun tanpa pengolahan pascapanen yang memadai, petani sering merugi ketika harga jatuh. ‘’Pengolahan menjadi cabai bubuk adalah salah satu cara meningkatkan nilai tambah sekaligus memperpanjang umur simpan produk,” katanya.
BACA JUGA:Biofungisida Ampuh Cegah Antraknosa Cabai Secara Ramah Lingkungan
Cabai merah memiliki kandungan gizi yang kaya. Diantaranya vitamin A, vitamin C, capcaisin, pektin, hingga komponen fenolik dan flavonoid yang berperan sebagai antioksidan. ‘’Pengolahan cabai menjadi bubuk tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi tetapi juga mempertahankan kualitas sensori dan nutrisi cabai,’’ ujarnya.
Dalam sesi pelatihan, dijelaskan langkah utama pembuatan cabai bubuk. Mulai dari pencucian, penghilangan tangkai, pengeringan dengan food dehydrator, penggilingan menggunakan mesin grinder, hingga teknik pengemasan yang tepat agar warna, aroma, dan rasa tetap terjaga. Cabai Bubuk yang diproduksi diberi nama “Chitaru” nyang merupakan singkatan dari “Chili Tanjung Baru”.
Dikatakan, menggunakan food dehydrator jauh lebih higienis, cepat, dan tidak tergantung cuaca. Produk yang dihasilkan lebih seragam serta aman dari kontaminasi. Mesin yang diperkenalkan kepada peserta memiliki kontrol suhu dan waktu yang akurat, sehingga cocok digunakan oleh UMKM pengolahan hasil pertanian.
Cabai bubuk memiliki keunggulan dalam hal umur simpan panjang, praktis, dan stabil dalam penyimpanan, sehingga sangat potensial menjadi produk usaha kelompok tani. Selain digunakan sebagai bumbu masakan, cabai bubuk dapat diaplikasikan pada berbagai produk seperti abon cabai, keripik pedas, bumbu rujak, hingga olahan rumahan lainnya. ‘’Kami berharap masyarakat Desa Tanjung Baru dapat memanfaatkan teknologi ini untuk memulai UMKM pengolahan cabai, sehingga tidak lagi hanya bergantung pada penjualan cabai segar. Diversifikasi produk adalah kunci peningkatan pendapatan petani,” jelasnya.
