Jerat Psikologis PayLater, Algoritma yang Menggiring Anda Berutang, Bahkan untuk Hal Sepele

Selasa 05 Aug 2025 - 15:52 WIB
Reporter : Berry
Editor : Irwansyah

Seseorang yang tidak mampu mengikuti arus ini akan merasa tertinggal dan akhirnya memaksakan diri lewat utang.

BACA JUGA:Satlantas Prabumulih Tebar Semangat Merah Putih Lewat Aksi Humanis di Jalan Raya

BACA JUGA:ExxonMobil Perluas Layanan MACHINEXT, Genjot Efisiensi Industri di Batam dan Jabodetabek

Stigma dan Diam-Diam Terjebak

Alih-alih mencari bantuan saat mulai kesulitan finansial, banyak orang justru memilih menutupi masalahnya demi menghindari stigma.

Padahal, tanpa penanganan, utang kecil dari pembelian sepele bisa berkembang menjadi beban besar yang menekan psikologis.

Optimisme Palsu: Bisa Bayar Nanti? Belum Tentu!

Kepercayaan berlebihan terhadap kemampuan membayar kembali juga menjadi jebakan yang sering kali diabaikan.

Seseorang merasa mampu melunasi di akhir bulan, padahal pemasukan tidak selalu sejalan dengan pengeluaran.

Akhirnya, gali lubang tutup lubang pun terjadi—bahkan dengan menggunakan fitur PayLater lain sebagai solusi sementara.

BACA JUGA:Bupati OKI Semarakkan Hari Anak Nasional dengan Senam Bersama dan Pembagian Susu

BACA JUGA:Mengenal Tugas dan Peran Kru dalam Lomba Perahu Bidar Palembang

Efek Domino: Utang, Stres, hingga Gangguan Mental

Akumulasi utang kecil yang dibiarkan tanpa kontrol dapat menimbulkan stres berat, kecemasan, hingga depresi.

Gangguan psikologis ini justru membuat pengambilan keputusan finansial menjadi semakin buruk—sebuah lingkaran setan yang merusak secara diam-diam.

Kesadaran Adalah Kunci

Memahami bagaimana algoritma dan psikologi saling berkolaborasi dalam menciptakan kebiasaan konsumtif adalah langkah awal untuk membebaskan diri dari jerat PayLater.

BACA JUGA:BRI Kembali Catat Prestasi di Kancah ASEAN lewat Penghargaan Tata Kelola Terbaik

BACA JUGA:Survei Membuktikan: Lulusan dari 10 Jurusan Ini Paling Banyak Mengaku Menyesal, Ini Alasannya

Edukasi keuangan, kemampuan mengelola emosi, serta keberanian untuk mengatakan “tidak” pada dorongan impulsif bisa menjadi senjata utama melawan ilusi kenyamanan yang ditawarkan.

Kategori :