SUMATERAEKSPRE.ID - Sony kembali mengguncang dunia perfilman dengan kehadiran FX2, sebuah kamera mirrorless yang mengusung pendekatan segar.
Dengan tilting EVF sebagai fitur utama, FX2 seolah ingin mengajak para kreator untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Apakah ini langkah revolusioner, atau sekadar eksperimen pasar? Mari kita kupas lebih dalam.
Daya Tarik Utama: Tilting EVF yang Berbeda
Jika FX3 pernah menjadi primadona bagi para pembuat film indie dan kreator konten, FX2 tampaknya ingin mengisi celah bagi mereka yang menginginkan fleksibilitas lebih dalam framing.
Tilting EVF bukan sekadar gimmick; bagi para sinematografer yang kerap mengambil sudut-sudut tidak konvensional, fitur ini bisa menjadi penyelamat.
BACA JUGA:Oppo Reno8 Pro 5G Tampil Gahar dengan Kamera Sony, Desain Elegan Siap Curi Perhatian
Bayangkan mengoperasikan kamera layaknya handycam klasik, memberikan nuansa nostalgia sekaligus pendekatan baru dalam storytelling.
Spesifikasi yang Memicu Perdebatan
Berbekal sensor 33MP full frame dari A7 IV, FX2 menawarkan kualitas gambar yang solid, tetapi dengan beberapa kompromi yang patut dicermati.
Kecepatan readout yang relatif lambat membuatnya terbatas dalam perekaman 4K 120p, bahkan mode 4K 60p masih mengalami cropping.
Ini mungkin menjadi deal breaker bagi mereka yang mencari performa tanpa batas, tetapi bagi kreator yang lebih fokus pada estetika sinematik, batasan ini bukanlah hambatan besar.
BACA JUGA:Sony Xperia One Mark 7 Siap Rilis: Kamera Gahar, Performa Ganas, Tapi Kapan Masuk Indonesia?
BACA JUGA:Harga Terjun Bebas! 5 HP Sony dengan Kamera Selevel DSLR yang Wajib Dimiliki Tahun 2025!
Investasi atau Risiko?
Sony FX2 Dibanderol sekitar $2.700 USD, FX2 berada dalam posisi yang unik di pasar.
Dengan spesifikasi yang menyerupai A7 IV dan A7C Mark II, ia lebih menarik bagi pengguna yang mendambakan pengalaman berbeda dalam mengoperasikan kamera.
Namun, keputusan membeli FX2 seolah menjadi sebuah taruhan: apakah tilting EVF akan menjadi fitur revolusioner yang diadopsi luas, atau hanya menjadi gimmick sementara.