PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Bulan Maret lalu menjadi puncak panen raya di Provinsi Sumatera Selatan ditambah berlakunya Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah Rp6.500 membuat Nilai Tukar Petani (NTP) naik.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Moh Wahyu Yulianto, mengatakan, NTP Sumsel pada bulan Maret naik sebesar 1,24 persen dibandingkan NTP bulan lalu, dari 131,32 menjadi 132,94.
"Peningkatan NTP dipengaruhi oleh faktor masa panen padi, pada tingkat petani juga mendapatkan harga lebih dengan berlakunya HPP dari pemerintah," sampainya. Wahyu menyebut dengan berlakunya HPP dan NTP naik, otomatis penerimaan hasil panen meningkat. Apalagi pembelian HPP ini tidak ada batasan apapun terkait kualitas harus diterima. "Sehingga pada momen panen raya kemarin memperoleh pendapatan lebih," ujarnya.
Dijelaskan. kenaikan NTP Maret 2025 pada subsektor tanaman pangan sebesar 3,66 persen, perkebunan 0,94 persen, dan peternakan 0,82 persen. Sedangkan NTP subsektor yang mengalami penurunan, yaitu hortikultura 5,96 persen, perikanan 1,14 persen, perikanan tangkap 1,11 persen, dan perikanan budidaya 1,08 persen.
BACA JUGA:Dapat Harga Layak, Satgas Serap Gabah Solusinya
"Pada Maret 2025, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) Provinsi Sumsel mengalami kenaikan 2,03 persen, yaitu dari 123,58 menjadi 126,09," paparnya. Pendapatan lebih petani saat momen Lebaran lalu juga mempengaruhi daya beli. Walaupun secara statistik tingkat daya beli masyarakat nanti dapat terlihat pada pertumbuhan ekonomi Sumsel pada laporan triwulan nanti.
"Kalau memang pertumbuhan ekonomi menurun artinya memang ada kelesuan daya beli di tingkat masyarakat. Tetapi kalau kita lihat dari ramainya pasar saat momen mau Lebaran kemarin artinya daya beli masih tinggi," pungkasnya.