Alexander SP, Koordinator Pengendali Peganisme Pengganggu Tumbuhan di OKI
Sudah banyak suka duka yang dirasakan Alexander SP dalam memberikan penyuluhan pada petani. Pria ini sudah hampir 16 tahun bergelut di bidang pertanian. KHOIRUNNISAK- OKI HAMPARAN sawah menjadi tempat favorit bagi Alexander. Memang, sehari-harinya pria ini bergelut dengan tanaman. Bisa tanaman padi atau tanaman lainnya. Seperti kemarin, Alexander yang menjabat sebagai Koordinator Pengendali Peganisme Pengganggu Tumbuhan UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura Dinas Pertanian Sumsel, sedang sibuk di tengah sawah di Desa Penyandingan Kecamatan Sirah Pulau Padang OKI.Pria dua anak ini sudah bergelut di dunia pertanian sejak 2007 lalu sejak menjadi petugas harian lepas dengan sistem kontrak. Barulah 2021, Alexander diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). ‘’Memang saya senang bercocok tanam sejak dulu. Rupanya inilah yang menjadi tugas saya," katanya.Dikatakan alumni Fakultas Pertanian Universitas Palembang (Unpal) ini, saat ikut tes PHL banyak yang belum berminat. Karenanya peluangnya bergabung sangat besar. Awal ditugaskan di Kecamatan Air Sugihan selama tiga tahun. ‘’Setiap hari saya turun ke lapangan mengamati tumbuhan padi, jagung, jeruk dan lainnya,’’ ujarnya. Dikatakan, tanah di Air Sugihan asam tapi padi masih tumbuh dengan subur. ‘’Ini karena sistem tanam pasang surut dengan jenis pada IR 42 ada juga yang lokal,’’ katanya.
Kemudian pada 2010, dirinya pindah tugas di Jejawi dengan lokasi rawa lebak. Penanaman hanya sekali setahun atau IP100. Hanya beberapa persen yang sudah melakukan tanam IP200 dengan sistem ngambur dan menanam. " Di sini sama hasil pertanian sawahnya juga bagus," kenangnya.Selanjutnya pada 2021 hingga kini ia bertugas di Sirah Pulau Padang dan Pampangan. Dirinya sempat merangkap juga sebagai OPT Kabupaten OKI. ‘’Awalnya sempat kewalahan karena saat itu banyak senior yang masuk masa pensiun, jadi dirinya harus pergi ke berbagai daerah jika ada yang lahan persawahannya terserang hama,’’ ujarnya. Kini, dirinya tak sendri lagi. Ada 19 petugas baru. ‘’Sekarang kita dengan mudah menjangkau ke lapangan jika ada kegiatan bahkan sejak dua tahun terakhir selalu mendapat bantuan benih padi,’’ katanya.
Selama menjadi penyuluh, banyak suka dukanya. ‘’Berkeliling ke tiap daerah melihat perkembangan berbagai jenis tanaman petani, mendapatkan pengalaman teman baru dan berbagi ilmu cara mengendalikan pestisida alami,’’ ujarnya.Sementara kalau dukanya seperti jarak yang jauh serta tak jarang harus mengeluarkan biaya pribadi untuk operasional kegiatan. ‘’Semuanya saya lakukan dengan ikhlas. Jika melihat para petani berhasil, terbayar semua jerih payah yang dilakukan," imbuhnya.
Dikatakannya, masih banyak yang harus dilakukan kedepannya untuk membantu petani. Misalnya untuk biaya pengolahan lahan cukup besar tak sebanding dengan harga gabah yang murah. ‘’Untuk tahun ini, HPP sudah standar sehingga harga gabah normal kalau bisa ini dapat terus dipertahankan sehingga petani tidak mengalami kerugian mereka dapat sejahtera,’’ ujarnya.Disamping juga masih banyaknya petani yang menggunakan pupuk non organik atau pupuk kimia. ‘’Kita menyarankan petani agar dapat beralih ke pupuk organik yang sekarang sudah 20 persen beralih ke pupuk organik. Pupuk organik ini selain mudah ditemukan di pasar juga murah biayanya,"imbuhnya. (*/)
Kategori :