Sambut Imlek dengan Penuh Sukacita, Hormati Orang Tua dan Leluhur dengan Tradisi Nilai-Nilai Luhur

Senin 27 Jan 2025 - 17:05 WIB
Reporter : Adi
Editor : Dede Sumeks

Sujud atau sungkem ini dilakukan sebanyak 3 kali. Baru setelah itu menuju tempat ibadah dan berdoa. Dia mengingatkan, saat pergi ke tempat ibadah atau di tempat ibadah, akan bertemu banyak warga kurang mampu.

Baik itu di vihara, kelenteng ataupun gereja. "Itu saatnya kita berbagi rezeki, berikan angpau kepada warga tidak mampu,” pintanya. 

Ada kearifan lokal dalam merayakan Imlek, yakni berbakti dan bersujud kepada orang tua dan berbagi kasih. “Dengan begitu kita akan merasakan kedamaian, dapat merayakan Imlek dengan sukacita," jelasnya lagi.

Sementara tradisi makan malam atau ciatok, biasanya diawali melakukan sembahyang ke leluhur sembari berikan sesajian yang manis-manis.

Di antaranya buah dan kue.” Biasanya setiap makanan dan buah yang disajikan memiliki makna tersendiri,” terangnya. 

Misalnya kue ku warna merah yang disimbolkan kura-kura, melambangkan panjang umur. Kue apem yang berbentuk mekar, simbol dan harapan rezeki atau hoki di sepanjang tahun terus berkembang.

“Jeruk dan makanan manis, bermakna agar sepanjang tahun selalu manis. Termasuk rezekinya,” ujarnya. 

Untuk menu ciatok sendiri, tentunya harus ada ikan yang perlambang kemakmuran. Karena dirayakan sukacita, tentunya persoalan atau masalah kuburan dan masalah duka, menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. 

"Semua yang dibahas di momen Imlek, semua yang sukacita dan membahagiakan. Soal duka dan kuburan, ini sangat tabu dan dilarang untuk dibahas," tegasnya. 

Untuk tradisi bersih-bersih rumah,  dilakukan pada H-14 dan H-7. Membersihkan altar leluhur dan persembahan untuk Dewa Dapur. 

"Itu juga tradisi Tionghoa, yang artinya sebelum menyambut tahun baru harus bisa bersihkan dulu diri kita, batin, dan fisik, serta rumah menyambut tahun baru.

Bagi yang memegang tradisi, menggunakan pisau dan benda tajam lainnya tidak boleh digunakan,” bebernya. 

Bahkan pada hari pertama Imlek, rumah tidak boleh disapu. Dibiarkan kotor. Hari kedua baru boleh dibersihkan. “Karena hari pertama sudah bersih, dibiarin dulu. Barulah hari kedua dan seterusnya bisa dibersihkan," ulasnya.  

Sedangkan tradisi angpau, dulunya selalu berikan ke anak-anak. Bagi anak yang sudah mandiri dan berhasil secara ekonomi, tidak perlu lagi orang tua berikan angpau.

“Malahan anaklah yang harus berikan angpau ke orang tuanya. Kecuali ke cucu, tetap bisa menerima angpau,” pungkasnya.  

 Di bagian lain, pada perayaan Imlek, umat akan memenuhi tempat ibadah untuk berdoa dan sembahyang pada Tuhan.

Kategori :